C Pendidikan islam adalah usaha bimbingan kepada peserta didik agar mempunyai pribadi yang sesuai dengan nilai-nilai ajaran islam. 2. Karena tergantung dari falsafah atau dari sudut pandang mana mereka merumuskan suatu tujuan pendidikan islam.
The curriculum is a program that is planned and implemented to achieve goals. Therefore the implementation of an education requires a concept that functions to be a tool that can always be changed according to the times. This study analyzes the concepts of the curriculum and curriculum of Islamic Education which includes understanding, curriculum components, and characteristics. The method used in this study is the library research method and the results obtained that the curriculum includes a variety of detailed student activity plans in the form of educational materials, suggestions for teaching and learning strategies, program settings to be applied, and things that includes activities aimed at achieving the desired target/goal. Similarly, in the Islamic Education curriculum must pay attention to a number of things including in accordance with human nature, including the interests of Muslims in general, are realistic, comprehensive, and continuity. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Konsep Kurikulum… 34 DOI KONSEP KURIKULUM DAN KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM Yudi Candra Hermawan1, Wikanti Iffah Juliani2, Hendro Widodo3 1,2,3,Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, Indonesia email yudican986 hwmpaiuad Abstract The curriculum is a program that is planned and implemented to achieve goals. Therefore the implementation of an education requires a concept that functions to be a tool that can always be changed according to the times. This study analyzes the concepts of the curriculum and curriculum of Islamic Education which includes understanding, curriculum components, and characteristics. The method used in this study is the library research method and the results obtained that the curriculum includes a variety of detailed student activity plans in the form of educational materials, suggestions for teaching and learning strategies, program settings to be applied, and things that includes activities aimed at achieving the desired target / goal. Similarly, in the Islamic Education curriculum must pay attention to a number of things including in accordance with human nature, including the interests of Muslims in general, are realistic, comprehensive and continuity. Keywords Concepts; Curriculum; Islamic Education Abstrak Kurikulum merupakan suatu program yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu penyelenggaraan sebuah pendidikan memerlukan sebuah konsep yang berfungsi menjadi alat yang selalu bisa dirubah sesuai dengan perkembangan zaman. Penelitian ini menganalisis tentang konsep kurikulum dan kurikulum Pendidikan Islam yang mencakup pengertian, komponen kurikulum, dan karakteristiknya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kepustakaan dan diperoleh hasil bahwa kurikulum mencakup berbagai rencana kegiatan peserta didik yang terperinci berupa bentuk-bentuk bahan pendidikan, saran-saran strategi belajar mengajar, pengaturan-pengaturan program agar dapat diterapkan, dan hal-hal yang mencakup pada kegiatan yang bertujuan mencapai target/ tujuan yang diinginkan. Begitu pula dalam kurikulum Pendidikan Islam harus Jurnal MUDARRISUNA Vol. 10 No. 1 Januari-Maret 2020 35 memperhatikan beberapa hal diantaranya sesuai dengan fitrah manusia, mencakup kepentingan umat Islam pada umumnya, bersifat realistic, komprehensif dan kontinuitas. Kata Kunci Konsep, Kurikulum, Pendidikan Islam PENDAHULUAN Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya karena dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan potensi diri serta kepribadiannya melalui proses pembelajaran yang dijalani atau dengan cara lain yang telah dikenal di masyarakat Nurmadiah, 2018; 41. Menurut pandangan Islam sendiri pendidikan sering disebut dalam empat istilah, yaitu at-tarbiyah, at-ta’lim, at-ta’dib dan ar-riyadhah Mahmud, 2014; 1. Pada dasarnya pendidikan memiliki inti yaitu interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk berusaha membantu peserta didik dalam mencapai tujuan pendidikan Syaodih Sukmadinata, 2017 1. Namun, menurut Syahidin 2009; 2 pendidikan tidak hanya merupakan transfer ilmu antara pendidik dengan peserta didik melainkan juga merupakan suatu proses dalam pembentukan karakter peserta didik. Maka dari itu pendidikan bersifat dinamis karena terus mengalami perubahan-perubahan untuk beradaptasi dengan ruang dan waktu serta karakter menyesuaikan diri dengan kebutuhan masyarakat dan global Muhammad Irsad, 2016; 231. Perubahan-perubahan yang dilakukan tentunya dengan tujuan yakni memperbaiki pendidikan itu sendiri dengan cara menambahkan konsep yang bersifat dan mempertahankan kebaikan pada konsep yang lama Muhammad Irsad, 2016; 232. Menurut Muhammad Irsad 2016; 233 jika perubahan merupakan sebuah keniscayaan yang tidak dapat dihindari maka perubahan itu pun tidak dapat di arahkan hanya kepada sebagian sub pendidikan saja, melainkan mengarah kepada seluruh aspek pendidikan, dalam hal ini tidak terkecuali kepada kurikulum sebagai sebuah kerangka program dalam melaksanakan sebuah proses pendidikan. Kurikulum merupakan unsur penting dalam setiap bentuk dan model pendidikan yang ada dimana pun, tanpa adanya kurikulum sangat sulit bahkan tidak mungkin Konsep Kurikulum… 36 bagi para perencana pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang direncananya, memgingat pentingnya peranan kurikulum dalam mensukseskan program belajar mengajar, maka kurikulum perlu dipahami dengan baik oleh semua unsur yang terlibat dalam pengelolaan pendidikan terutama para pendidik atau guru Silahuddin, 2014 333-334. Selama ini kita mengenal kurikulum sebagai sebuah alat yang menjadi dasar penyelenggaraan pendidikan saja. Namun, jika kita mengkaji lebih jauh lagi kurikulum memliki sebuah konsep yang sangat kompleks dalam dunia pendidikan. Kurikulum memiliki arti sebagai sesuatu yang hidup dan berlaku dalam jangka waktu tertentu dan perlu perubahan agar sesuai dengan perkembangan zaman Silahuddin, 2014 333Di Indonesia perubahan kurikulum sudah beberapa kali mengalami perubahan. Dalam catatan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum di Indonesia telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947 dengan nama Kurikulum Rencana Pelajaran, 1952 dengan nama Kurikulum Rencana Pelajaran Terurai, 1964 dengan nama Kurikulum Rencana Pendidikan, 1968, 1975, 1984, 1994, yang masing-masing menggunakan tahun sebagai nama kurikulum, 2004 dengan nama Kurikulum Berbasis Kompetensi, 2006 dengan nama Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, dan yang terbaru adalah kurikulum 2013 atau yang lebih dikenal dengan sebutan K-13 Muhammad Irsad, 2016; 233. Merujuk berbagai uraian di atas, pembahasan pada makalah ini akan menguraikan konsep kurikulum dan kurikulum pendidikan Islam yang diangkat dari beberapa teori dari para ahli sehingga nantinya pembaca akan mengetahui apa itu kurikulum dan kurikulum pendidikan Islam. PEMBAHASAN 1. Kurikulum a. Pengertian kurikulum Menurut pandangan yang lampau kurikulum memiliki pengertian kumpulan mata pelajaran yang disampaikan oleh guru kepada peserta didik Syaodih Sukmadinata, 2017 4. Anggapan tersebut masih Jurnal MUDARRISUNA Vol. 10 No. 1 Januari-Maret 2020 37 mengakar dalam benak masyarakat umum yang menjadikan gambaran kurikulum. Kurikulum yang menjadi jantungnya Pendidikan Arifin, 2018 58 tentunya harus dikenal dengan benar oleh masyarakat tentang konsepnya yang sebenarnya. Pandangan lain dari kurikulum menurut al-Shaybani yang dikutip oleh Hasan Langgulung 1985; 145 kurikulum merupakan kumpulan pengalaman pendidikan, kebudayaan, ilmu sosial, olahraga, serta ilmu kesenian yang disediakan oleh lembaga pendidikan untuk peserta didik baik di dalam maupun di luar lembaga pendidikan dengan tujuan mengembangkan secara menyeluruh dalam semua aspek dan merubah tingkah laku sesuai tujuan ini juga menyajikan hasil penelitian. Hasil penelitian dapat dilengkapi dengan tabel, grafik gambar, dan/atau bagan. Bagian pembahasan memaparkan hasil pengolahan data, menginterpretasikan penemuan secara logis, mengaitkan dengan sumber rujukan yang relevan. Kurikulum menurut UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 adalah seperangkat rencana pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman dalam penyusunan kurikulum tingkat satuan Pendidikan dan silabusnya pada setiap satuan pendidikan Arifin, 2018 59. Secara etimologi, kurikulum berasal dari bahasa Yunani Huda Rohmadi, 2012 9 yaitu curir yang artinya pelari dan curare yang berarti tempat berpacu Idi, 2007 183. Dalam Bahasa latin curriculum berarti a running, course, or race course kemudian dalam Bahasa Prancis courir yang memiliki arti berlari . Dari beberapa pengertian bahasa latin tersebut kemudian digunakan istilah “courses” atau mata pelajaran yang harus ditempuh untuk mendapatkan suatu gelar Nasution, 2003 9 Secara terminologi, pengertian kurikulum telah banyak dikemukakan oleh para ahli Nurmadiah, 2018 43. Diantaranya 1 Menurut Crow kurikulum merupakan sebuah rancangan pengajaran atau sejumlah mata pelajaran yang telah disusun Konsep Kurikulum… 38 secara sistematik guna menyelesaikan suatu program dalam upaya meraih gelar atau memperoleh ijazah. 2 Menurut Arifin kurikulum merupakan seluruh bahan pelajaran yang harus disajikan dalam proses kependidikan dalam suatu sistem institusional Pendidikan. 3 Menurut Mac Donald 1965; 3 Syaodih Sukmadinata 2017 kurikulum merupakan suatu rencana yang memberi pedoman atau pegangan yang digunakan dalam berlangsungnya proses kegiatan belajar-mengajar. Menurut definisi yang dikemukakan oleh Doll 1974; 22 Syaodih Sukmadinata, 2017 5 kurikulum memiliki pengertian yang luas tidak hanya sekedar memuat pengertian berkaitan dengan proses belajar saja, melainkan memberikan perubahan lingkup yang memuat pengalaman belajar anak di lingkungan. Namun, menurut Mauritz Johnson 1967; 130 Syaodih Sukmadinata, 2017 5 pendapat dari Doll tersebut disanggah dengan alas an bahwa pengalaman hanya akan muncul ketika adanya interaksi peserta didik dengan lingkungannya. Interaksi bukan merupakan kurikulum melainkan pengajaran. Dalam penjelasannya Johnson menegaskan bahwa pengajaran memuat perencanaan isi, kegiatan belajar mengajar, evaluasi. Sedangkan kurikulum hanya berkenaan dengan hasil-hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik. Sesuai dengan perkembangan pendidikan, kurikulum yang awalnya dipandang sebagai kumpulan dari mata pelajaran kemudian berubah makna menjadi kumpulan semua kegiatan atau semua pengalaman belajar yang diberikan kepada peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan dan berada dalam tanggung jawab sekolah, lebih khususnya hasil belajar yang diharapkan Nurmadiah, 2018 44 Dari beberapa definisi di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa pengertian kurikulum tidak hanya sebatas bidang studi yang termuat didalamnya maupun kegiatan belajarnya saja, tetapi mencakup segala Jurnal MUDARRISUNA Vol. 10 No. 1 Januari-Maret 2020 39 sesuatu yang mempengaruhi perkembangan dan pembentukan pribadi peserta didik yang sesuai dengan tujuan Pendidikan yang akan dicapai sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan. b. Komponen Kurikulum Mengingat kembali fungsi kurikulum dalam proses pendidikan merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, maka tentu hal ini berarti sebagai alat pendidikan, kurikulum memiliki bagian bagian penting dan penunjang yang dapat mendukung operasinya dengan baik. Bagian-bagian ini disebut komponen yang saling berkaitan satu sama lain, berinteraksi dalam upaya untuk mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum suatu sekolah mengandung tiga komponen yaitu tujuan, isi, dan strategi. Terdapat dua jenis tujuan yang terkandung di dalam kurikulum satuan pendidikan atau sekolah sebagai berikut 1 Tujuan kurikulum a Tujuan yang ingin dicapai oleh sekolah secara keseluruhan Sebagai lembaga pendidikan, sekolah memiliki sejumlah tujuan yang ingin dicapainya yang telah dirancang dalam bentuk pengetahuan, keterampilan serta sikap. b Tujuan yang ingin dicapai dalam setiap bidang studi Setiap bidang studi dalam kurikulum suatu sekolah juga mempunyai sejumlah tujuan yang ingin dicapainya. Tujuan inipun digambarkan dalam bentuk pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diharapkan dapat dimiliki siswa setelah mempelajari suatu bidang studi pada sekolah tertentu Ali, 1992 52. 2 Isi kurikulum Isi dari kurikulum adalah berupa materi pembelajaran yang diprogramkan dan disesuaikan dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. 3 Media sarana dan prasarana Media dalam kurikulum menjadi sarana pembelajaran bertujuan untuk menjabarkan kurikulum agar lebih mudah dipahami peserta didik. Konsep Kurikulum… 40 4 Strategi Strategi pada kurikulum merujuk pada pendekatan dan metode yang akan digunakan dalam pembelajaran serta teknik mengajar yang digunakan M. Ahmad, 1998 106. 5 Proses pembelajaran Komponen ini sangat penting, sebab diharapkan melalui proses pembelajaran akan terjadi perubahan tingkah pada diri peserta didik sebagai indikator keberhasilan pelaksanaan kurikulum. 6 Evaluasi Dengan evaluasi ini maka akan diketahui seberapa jauh tujuan yang termuat pada kurikulum dicapai. Menurut Hasan Langgulung ada 4 komponen utama kurikulum yaitu a Tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh pendidikan. b Pengetahuan knowledge, informasi-informasi, data-data,aktivitas, dan pengalaman-pengalaman dari mana terbentuk kurikulum itu. c Metode dan cara-cara mengajar yang dipakai oleh guruguru untuk mengajar dan memotivasi murid untuk membawa mereka ke arah yang dikehendaki oleh kurikulum. d Metode dan cara penilaian yang dipergunakan dalam mengukur dan menilai kurikulum dan hasil proses pendidikan yang direncanakan kurikulum tersebut Nurmadiah, 2018 44-45. 2. Kurikulum Pendidikan Islam a. Pengertian kurikulum pendidikan Islam Pada awalnya integrasi antara dua sistem ilmu yaitu ilmu agama dan ilmu umum dianggap menambah persoalan dunia pendidikan Islam jadi rumit Abd. Gafar, 2006 38 yang menjadikan dikotomi pada pendidikan Islam Rahmat, 2011 141. Penggabungan tersebut melahirkan sistem kurikulum pada dunia pendidikan Islam. Kurikulum dari waktu ke Jurnal MUDARRISUNA Vol. 10 No. 1 Januari-Maret 2020 41 waktu senantiasa mengalami perkembangan yaitu dari pengertian yang sederhana sempit dan tradisional hingga pengertian yang lebih luas, canggih, dan modern. Dilihat dari segi rumusnya, kurikulum Pendidikan Islam bias dikatakan tergolong sederhana atau tradisional, karena yang dibicarakan hanya masalah ilmu pengetahuan atau ajaran yang akan diberikan. Namun dilihat dari segi ilmu yang akan diajarkan dapat dikatakan sangat luas, mendalam dan modern, karena bukan hanya mencakup ilmu agama saja, melainkan juga ilmu yang terkait dengan perkembangan intelektual, keterampilan, emosional, social, dan lain sebagainya Nata, 2016 112. Kurikulum dalam pendidikan Islam dikenal dengan kata manhaj yang memiliki arti jalan yang terang yang dilalui oleh pendidik dan peserta didik untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, keterampilan serta sikap Omar, 1984; 478 Subhi, 2016 120. Imam Al-Ghazali tidak disebutkan secara langsung apa yang dimaksud dengan kurikulum pendidikan Islam itu sendiri, tetapi secara maksud Imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa kurikulum itu didasarkan kepada dua kecenderungan yaitu kecenderungan agama dan tasawuf yang dimana ilmu-ilmu agama itu di atas segalanya sebagai alat menyucikan diri dari pengaruh kehidupan di dunia. Kemudian kecenderungan pragmatis yang berarti ilmu memiliki manfaat bagi manusia baik di dunia dan akhirat. Maka dari itu, kurikulum yang disusun harus berisi ilmu yang memberikan manfaat yang dapat dipahami, dan disampaikan secara berurutan Nisrokha, 2017 161. Kurikulum Pendidikan Islam mempunyai fungsi yang berbeda dan lebih khusus yaitu sebagai alat untuk mendidik generasi muda dengan baik dan mendorong mereka untuk membuka dan mengembangkan kesediaan-kesediaan, bakat-bakat, kekuatan-kekuatan , dan keterampilan mereka yang bermacam-macam dan menyiapkan mereka dengan baik untuk melaksanakan fungsinya sebagai khalifah di muka bumi. Dengan kata lain orientasi kurikulum Pendidikan Islam tidak hanya diarahkan Konsep Kurikulum… 42 untuk mencapai kebahagiaan di dunia saja, juga untuk kebahagiaan hidup di akhirat, tidak hanya mengembangkan segi-segi wawasan intelektual dan keterampilan jasmani, melainkan juga pencerahan keimanan, spiritual, moral, dan akhlak mulia secara seimbang Nata, 2016 113. b. Karakteristik kurikulum pendidikan Islam Adurrahman An-Nahlawi 1979; 177 Budiyanto, 2013 122-125 menjelaskan bahwa karakteristik kurikulum pendidikan Islam antara lain 1 Kurikulum harus sesuai dengan fitrah manusia. Karena memang salah satu fungsi pendidikan adalah untuk menyelamatkan fitrah agar fitrah anak tetap “salimah”. 2 Kurikulum yang disusun hendaknya diarahkan untuk mencapai tujuan akhir dari pendidikan Islam yaitu terwujudnya manusia berkepribadian muslim. 3 Pentahapan serta pengkhususan kurikulum harus memperhatikan periodisasi perkembangan peserta didik dengan ciri khasnya masing-masing seperti berdasar usia, lingkungan, kebutuhan, jenis kelamin, dan sebagainya. 4 Penyusunan kurikulum disamping harus memperhatikan kebutuhan individu juga harus mempertimbangkan kebutuhan umat Islam secara kolektif atau keseluruhan. Intinya kurikulum pendidikan Islam harus memperhatikan ilmu-ilmu yang bersifat wajib. 5 Secara keseluruhan struktur dan organisasi kurikulum tidak bertentangan dan tidak menimbulkan pertentangan dan harus mengarah pada pola hidup yang Islami. 6 Kurikulum pendidikan Islam adalah kurikulum yang sealistik artinya dapat melaksanakan sesuai dengan situasi dan kondisi serta batas kemungkinan yang terdapat pada lingkungan yang melaksanakan. Jurnal MUDARRISUNA Vol. 10 No. 1 Januari-Maret 2020 43 7 Kurikulum pendidikan Islam adalah kurikulum yang komprehensif yang artinya mencakup seluruh aspek pengembangan jasmani, akal dan rohani. 8 Kurikulum pendidikan Islam adalah kurikulum yang dibangun di atas prinsip kontinuitas yang memiliki arti bahwa masing-masing bagian kurikulum itu saling berkesinambungan baik secara vertical maupun horizontal. PENUTUP Kurikulum adalah suatu kegiatan pendidikan yang mencakup berbagai rencana kegiatan peserta didik yang terperinci berupa bentuk-bentuk bahan pendidikan, saran-saran strategi belajar mengajar, pengaturan-pengaturan program agar dapat diterapkan, dan halhal yang mencakup pada kegiatan yang bertujuan mencapai tujuan yang diinginkan. Sedangkan kurikulum Pendidikan Islam adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, bahan, serta cara pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan Pendidikan Ia merupakan sekumpulan studi keislaman yang meliputi al-Qur’an Hadits, Aqidah Akhlaq, Fiqih, Tarikh, dan Kebudayaan Islam. Dalam kurikulum Pendidikan Islam harus memperhatikan beberapa hal diantaranya sesuai dengan fitrah manusia, mencakup kepentingan umat Islam pada umumnya, bersifat realistic, komprehensif dan kontinuitas. DAFTAR PUSTAKA Abd. Gafar, Irpan. 2006. “Kurikulum Dan Materi Pendidikan Islam.” Hunafa 3 1. Ali, Muhammad. 1992. Pengembangan Kurikulum Di Sekolah. Bandung Sinar Baru. Arifin, Zainal. 2018. Manajemen Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam Teori Dan Praktik. Yogyakarta UIN Press. Budiyanto, Mangun. 2013. Ilmu Pendidikan Islam. Yogyakarta Penerbit Konsep Kurikulum… 44 Ombak. Huda Rohmadi, Syamsul. 2012. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam. Yogyakarta Araska. Idi, Abdullah. 2007. Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktik. Yogyakarta Ar-Ruzz Media. M. Ahmad. 1998. Pengembangan Kurikulum. Bandung Pustaka Setia. Nasution, S. 2003. Asas-Asas Kurikulum. Jakarta Bumi Aksara. Nata, Abudin. 2016. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta Prenada Media. Nisrokha. 2017. “KONSEP KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM Studi Komparatif Pemikiran Al-Ghozali Dan Ibnu Miskawaih.” Jurnal Madaniyah 1 154–73. Nurmadiah, Nurmadiah. 2018. “Kurikulum Pendidikan Agama Islam.” Al-Afkar Jurnal Keislaman & Peradaban 2 2. Rahmat. 2011. “Pendidikan Islam, Ilmu, Ontologi, Epistimologi, Dan Aksiologi.” Sulesana 6 2 136–48. Silahuddin. 2014. “KURIKULUM DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM Antara Harapan Dan Kenyataan.” Jurnal Mudarrisuna 4 331–55. Subhi, Tb. Asep. 2016. “KONSEP DASAR, KOMPONEN DAN FILOSOFI KURIKULUM PAI Oleh Tb. Asep Subhi Abstrak.” Qathruna 3 1 117–34. Syah, Muhibbin. 2009. Psikologi Dengan Pendekatan Baru. Bandung Remaja Rosdakarya. Syaodih Sukmadinata, Nana. 2017. Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktik. Bandung Remaja Rosdakarya. ... Dalam bahasa latin kurikulum berarti lari, kursus atau pacuan kuda, dalam bahasa prancis berarti courir yang berarti lari. Berdasarkan pengertian di atas, kita berbicara tentang program studi atau mata pelajaran yang harus tersedia untuk memperoleh gelar Hermawan et al., 2020. Dengan kata lain, kurikulum merupakan landasan atau titik tolak pendidikan agar pendidikan dapat terarah dan sesuai dengan harapan pendidik dan lembaga pendidikan. ...... Urutan bahan menggambarkan urutan perilaku yang pertama kali harus dikuasai siswa, berturutturut sampai perilaku terakhir. Hermawan et al., 2020. Sementara itu, dalam bukunya Teori dan Praktek Pengembangan Kurikulum PAI, Sukma Dinata mengutip berbagai sumber tentang pengembangan kurikulum, antara lain 1 Kehidupan dan pekerjaan orang dewasa, dengan isi kurikulum disesuaikan untuk mempersiapkan anak-anak untuk kehidupan dan pekerjaan orang dewasa. ...Oktia Anisa PutriIfnaldi NurmalThis study aimed to learn how the implementation of religious moderation in the development of the PAI curriculum. Researchers used the Library Research research method with historical analysis research types and data collection techniques taken from various literature that discussed the theme in question to find out this. The data that has been collected is then analyzed using content analysis techniques. The study results reveal that the inculcation of moderation values in education is so important in managing world civilization in the field of education. With a high sense of tolerance, will not blame differences. However, this does not mean that moderate Islamic teachings are wishy-washy. Still, these teachings will filter out existing disputes and unite the differences that divide the archipelago, nation and religion. Religious moderation in schools can be done through the Hidden Curriculum. The process of acculturation through the habit of internalization and institutionalization. The PAI curriculum now also uses the independent learning curriculum where the aim of the Free Learning curriculum is the policy of the Minister of Education and Culture to encourage students to master useful knowledge. and provide opportunities for students to be free but still express learning within existing limits and criticisms, without having to fade away as noble ideals and also morals for educators. The factors that influence religious moderation in schools include internal and external factors.... Therefore, implementing an education requires a concept that functions as a tool that can permanently be changed according to the times. Hermawan et al., 2020 The success of national education goals cannot be separated from the role of the curriculum proclaimed by the government. During each leadership period, the government tries to find the best formulation for developing the national curriculum in order to be able to achieve educational goals following the needs of the world of education at that time. ...Karimatus SaidahIlmawati Fahmi ImronThe operational curriculum of Sekolah Penggerak program is part of the Sekolah Penggerak program that the Ministry of Education and Culture has launched. In this curriculum, there are changes in the curriculum structure that impact the preparation of learning plans and the implementation of learning activities in the classroom. Thus, this study aims to determine the perspective of teachers and school principals on the functional curriculum of the Sekolah Penggerak Program, the form of learning planning prepared by the teacher, and the implementation of learning activities in the classroom. The research method used is a qualitative method with data analysis techniques by Miles and Huberman. The results showed that teachers and principals welcomed the operational curriculum of the Sekolah Penggerak Program because it opened up creative space for teachers and schools to develop curriculum according to school needs. Meanwhile, there are formats and terms with the 2013 curriculum in preparing learning plans. Learning activities are carried out separately between subjects in the practical aspect of learning. There is no visible learning innovation because learning activities are limited, so the teacher focuses on strengthening the material.... In detail, the structure of local religious content subjects at MA NU Miftahul Falah Kudus can be seen in the following table It is in line with the theory presented by R. Masykur, suggesting that a curriculum is several experiences planned, directed, and implemented by the school or teacher Masykur, 2019. Meanwhile, Hermawan et al. argued that the curriculum is everything related to the realization of the personal character of students following the goals of education so that it influences the quality of education itself Hermawan, Juliani, & Widodo, 2020. ...Kata KunciInternalisasi ; NilaiModerasi BeragamaWifda Untsa NailufazReligious moderation is an important comprehension among the spread of extreme religious thoughts and practices. In this case, Islamic education institutions have a major role as the spearhead in internalizing religious moderation values, including Madrasah Aliyah MA NU Miftahul Falah Kudus, Central Java. This study aims to reveal the characteristics of the local religious content curriculum focusing on religious moderation, the process of internalizing the religious moderation values, and the model of religious moderation education based on the local religious content curriculum. In its implementation, this research used a qualitative approach with data collection techniques in the form of interviews, observations, documentation, and a literature review. Sources of data were obtained from the head of the madrasa, deputy head of curriculum, teachers of local religious content, and students. The results of this study revealed that first, the characteristics of the local religious content curriculum at MA NU Miftahul Falah Kudus were more of Islamic boarding school-based curriculum, in which the yellow books Kitab Kuning written by classical scholars have been used as teaching material. Second, the process of internalizing the religious moderation values was taught through local religious content subjects, starting with the socialization and equalization of perceptions about religious moderation to supporting teachers, which was then internalized in all local religious content subjects, with the main emphasis on Aswaja, Ushul Fiqh, qawaidul fiqhiyyah, and religious NU subjects using a problem-based learning model combined with the sorogan and bandongan methods. The three models of religious moderation education were emphasized through Islamic boarding school-based subjects by adopting formal education using a problem-based learning model and Islamic boarding school education using the multi-strategy model in its delivery. As a formal educational institution based on an Islamic boarding school with teaching materials from the Salaf book, this madrasa is present as a formal educational model institution focusing on mainstreaming Islamic wasathiyah insight. Abstrak Moderasi beragama menjadi suatu pemahaman penting ditengah merebaknya pemikiran dan praktik beragama yang ekstrem. Lembaga Pendidikan Islam memiliki peran besar sebagai ujung tombak dalam proses internalisasi nilai nilai moderasi beragama termasuk Madrasah Aliyah NU Miftahul Falah Kudus Jawa Tengah. Tujuan dari penelitian ini untuk mengungkapkan karakteristik kurikulum muatan local keagamaan yang focus pada moderasi beragama, proses Internalisasi nilai moderasi beragama, dan Model pendidikan moderasi beragama berbasis kurikulum muatan lokal keagamaan. Dalam pelaksanaanya, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi, dan dokumentasi serta telaah pustaka. Sumber data diperoleh dari kepala madrasah, waka kurikulum, guru pengampu muatan lokal keagamaan, dan peserta didik. Hasil penelitian ini menunjukkan Pertama, karakteristik Kurikulum muatan lokal keagamaan di MA NU Miftahul Falah Kudus lebih bercorak kurikulum berbasis pesantren dimana kitab kuning karya ulama klasik dijadikan sebagai bahan ajar. Kedua, Proses Internalisasi nilai moderasi beragama diajarkan melalui matapelajaran muatan lokal keagamaan dengan diawali sosialisasi dan penyamaan persepsi tentang konsep moderasi beragama kepada guru pengampu yang selanjutnya diinternalisasikan pada seluruh matapelajaran muatan local keagamaan, penekanan yang paling utama pada matapelajaran Aswaja, ushul fiqih, qawaidul fiqhiyyah,dan ke-NU-an dengan model pembelajaran berbasis problem based learning berpadu dengan metode sorogan dan bandongan. Ketiga model pendidikan moderasi beragama ditekankan melalui matapelajaran berbasis pesantren dengan mengadopsi model pendidikan formal problem-based learning dan model pendidikan pesantren dengan menggunakan mult-istrategi dalam penyampaianya. Sebagai lembaga pendidikan formal berbasis pesantren dengan bahan ajar kitab salaf, madrasah ini hadir menjadi model lembaga pendidikan formal yang focus terhadap pengarusutamaan wawasan Islam SyakurHishomudin AhmadRateb AshourThis research aims to determine the Arabic curriculum model at the Markaz Arabiyah Center Foundation, Pare, Kediri. In this study, researchers used a qualitative research approach with field research methods. The subjects of this study are all lecturers and students in this institution, where researchers present data obtained from observations and interviews described by data sources. This research data is from educational institutions, community environments, and community organizations. The qualitative research approach aims to understand the meaning of conditions and situations in people's social interactions. Researchers must be directly involved to understand these conditions and phenomena. Data from this study cannot be obtained by just one field entry but must be broad in observing events that occur in the field. The data collection methods in this study were interviews, observation, and documentation. While data analysis is carried out using the analysis theory proposed by Miles and Huberman, starting with data reduction, then data presentation, and finally, concluding. The result of this study is that there are at least four curriculum modules in this institution. First, The grammar curriculum, which is the Arabic learning curriculum, is classified according to grammar subjects. Second, the Situational approach to Arabic is taught according to the student's situation. Third, the Functional approach is learning according to a general function before teaching others. Fourth, Multidimensional approach, namely teaching Arabic in terms of linguistics, communication, and cultural aspects. All modules of this curriculum are integrated into the Arabia Center AnwarEndin MujahidinSyamsul Rizal MzPerencanaan kurikulum merupakan bagian yang menentukan baik tidaknya lembaga pendidikan yang akan mendemonstrasikan penerapan kurikulum ini dalam proses pembelajaran, yang tujuan akhirnya adalah menghasilkan lulusan yang berkualitas pula. Oleh karena itu, setiap lembaga pendidikan perlu memiliki rencana pengembangan kurikulum yang sangat matang untuk diterapkan dalam proses pembelajaran. Kurikulum Pendidikan Islam adalah pengalaman belajar. Semua kegiatan pembelajaran yang berlangsung di lembaga pendidikan merupakan bagian dari kurikulum, baik di luar maupun di dalam kelas. Sekolah adalah miniatur masyarakat. Jika sekolahnya baik, maka masyarakat juga demikian. Dalam mengembangkan kurikulum, semua pihak yang terlibat dalam penyusunan perencanaan kurikulum perlu bekerja sama dengan baik. Merencanakan kurikulum memerlukan persiapan dan strategi yang matang karena itu perlu mempertimbangkan berbagai aspek keunikan kurikulum yang dapat menjadi pembeda dengan sekolah lain. SMK Muhammadiyah Kota Bogor menerapkan dua model kurikulum, yaitu “Kurikulum Pendidikan Al-islam, Kemuhammadiyahan dan Bahasa Arab ISMUBA Holistik- Integratif Berpola Kurikulum Merdeka”. Kedua model tersebut digabungkan atau diintegrasikan ke dalam mata pelajaran sehingga sesuai dengan harapan, komponen pedagogik harus bekerja sama dalam bentuk perencanaan yang matang dan kesiapan penuh untuk Ilham RosyadiUsmanKemampuan memahami konsep dasar kurikulum pendidikan Islam adalah prasyarat bagi guru sebelum ia memulai kegiatan pendidikan. Artikel ini bertujuan untuk menelaah konsep dasar kurikulum pendidikan Islam melalui kajian teoritis filosofis. Penelitian ini berjenis penelitian pustaka yang dilakukan melalui pengumpulan data literatur yang sesuai dengan fokus kajian. Data yang diperleh kemudian dianalisis menggunakan model analisis interaktif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kurikulum pendidikan Islam merupakan sebuah rancangan belajar yang disusun secara sistematis, integratif, komprehensif dan berpondasi pada nilai dan ajaran agama Islam. Karakteristik yang tercerminkan dari kurikulum tersebut mengutamakan tujuan Islam, berorientasi tauhidik, memenuhi kebutuhan peserta didik dalam berbagai aspek, menyediakan materi pengetahuan yang realistis, dan menghindarkan dari pemikiran peserta didik yang dikotomis. Dalam proses penyusunannya harus berprinsip pada tujuh prinsip pokok diantaranya integral, universal, keseimbangan keterkaitan, fleksibilitas, individualisasi dan sinkronisasi. Selanjutnya, dalam perjalanannya kurikulum pendidikan Islam harus berorientasi pada pelestarian nilai, peserta didik, sosial demand, penciptaan tenaga kerja dan penciptaan lapangan AeniThis article discusses one of the goals of education, namely to educate people. The first step that must be taken before dismantling the oddity of education in Indonesia is to know in advance about the nature of human beings themselves. Many people think that humans have three elements, namely physical elements, intellectual elements, and spiritual elements. There is a part of humans called the heart which is the heart of human control. Based on this, this article will discuss the relationship between the heart and education. This article uses qualitative research methods and the conclusion of this type of research method is in the form of words based on a study of a concept of thought of a character or phenomenon that occurs and is synergized with a theory. This literature research is focused on exploring tarbiyah messages in the verses of the Qur'an, related to the theme of Qolbun Bayu AndryansahThe world of education is one of the means to support the continuity of an individual's learning process. The availability of textbooks is a means that can support the teaching and learning process in schools. Therefore, textbooks become a reference in teaching various concepts and theories related to the subjects being studied. The purpose of this study is to examine the suitability of the content and presentation of the material to the applicable KD, as well as to see or find the comparison of the K-13 textbooks with the KTSP. The method used in this research is descriptive qualitative with analyzed content as well as conducting a study of books and reference sources as well as conducting observations to collect supporting data. The instrument used in data collection was a textbook assessment sheet and the data were analyzed using a textbook feasibility scale. The results of this study were obtained which were and respectively with the predicate very feasible/appropriate in terms of content relevance, then and with the predicate very feasible/appropriate in terms of feasibility and/or the suitability of presenting science textbooks, both the K-13 and KTSP in the inheritance of grade IX grades for SMP and MTs to KD Basic Competence so that they can be used as a source of reference for student learning at the education unit level. Muhammad Cholid AbdurrohmanAbstrak Kurikulum dalam pendidikan Islam adalah pengalaman belajar. Segala kegiatan pembelajaran yang terjadi di lembaga pendidikan adalah bagian dari kurikulumm baik itu kegiatan di luar ataupun di dalam kelas. Sekolah adalah miniatur masyarakat. Bila sekolah baik maka masyarakat juga demikian. Proses perencanaan adalah usaha untuk menyiapkan masa yang akan datang melalui keputusan keputusan yang diambil pada masa kini. Perencanaan dalam pendidikan adalah keputusan yang dibuat tentang tujuan belajar beserta strategi dan metode yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan tersebut serta telaah tentang efektivitas dan makna dari metode dan strategi tersebut. Kurikulum mengandung empat komponen inti yaitu tujuan, isi, metode, dan evaluasi. Perbedaan pendidikan Islam dengan pendidikan lainnya terletak orientasinya yang menuju pada kehidupan setelah kematian. Perencanaan kurikulum pendidikan Islam harus berasaskan nilai nilai ketuhanan dan berlandaskan pada sumber sumber Islam itu sendiri, karena pendidikan Islami adalah bagian dari misi Islam yang rahmatan lil alamin. Dalil dalil dari Al Qur’an dan Hadits adalah ruh dan hikmah dalam perencanaan kurikulum pendidikan Islam. Perencanaan kurikulum yang baik akan menjadikan output pendidikan Islam sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah dicanangkan. Abstract The curriculum in Islamic education is a learning experience. All learning activities in educational institutions are part of the curriculum, both outside and inside the classroom. Schools are small communities. If the school is good, then the community is too. The planning process attempts to prepare for the future through decisions made in the present. Planning in education is a decision made about learning objectives and the strategies and methods needed to achieve these goals and a study of the effectiveness and meaning of these methods and techniques. The curriculum contains four core components objectives, content, processes, and evaluation. The difference between Islamic education and other education lies in its orientation towards life after death. Islamic education curriculum planning must be based on religious values and Islamic sources because Islamic education is part of the Islamic mission that is rahmatan lil 'alamin mercy to the world. The arguments from the Qur'an and Hadith are the spirit and wisdom in planning Islamic education curriculum. Good curriculum planning will make the output of Islamic education following the educational goals that have been NurmadiahKurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam suatu sistem pendidikan, karena itu kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan dan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pengajaran pada semua jenis dan tingkat pendidikan. Tujuan pendidikan disuatu bangsa atau negara ditentukan oleh falsafah dan pandangan hidup bangsa atau negara tersebut. Berbedanya falsafah dan pandangan hidup suatu bangsa atau negara menyebabkan berbeda pula tujuan yang hendak dicapai dalam pendidikan tersebut dan sekaligus akan berpengaruh pula terhadap negara tersebut. Begitu pula perubahan politik pemerintahan suatu negara mempengaruhi pula bidang pendidikan, yang sering membawa akibat terjadinya perubahan kurikulum yang berlaku. Dengan demikian kurikulum senantiasa bersifat dinamis guna lebih menyesuaikan dengan berbagai perkembangan yang terjadi. Kurikulum PAI memiliki kedudukan sangat penting untuk membentuk kepribadian seseorang. Dalam kenyataannya, guru PAI sebagai pelaksana kurikulum masih belum memahami hakikat kurikulum. Masih banyak pendidik PAI yang menyusun silabus dan RPP sebagai bagian dari kurikulum hanya untuk administrasi. Dengan memahami kurikulum, para pendidik dapat memilih dan menentukan tujuan pembelajaran, metode, teknik, media pengajaran dan alat evaluasi pengajaran yang sesuai dan tepat. Untuk itu dalam melakukan kajian terhadap keberhasilan sistem pendidikan ditentukan oleh tujuan yang realistis, dapat diterima oleh semua pihak, sarana dan organisasi yang baik, intensitas pekerjaan yang realistis tinggi dan kurikulum yang tepat guna. Oleh karena itu sudah sewajarnya para pendidik dan tenaga kependidikan bidang pendidikan Islam memahami kurikulum serta berusaha mengembangkannya. Komponen kurikulum dalam pendidikan sangat berarti karena merupakan operasionalisasi tujuan yang dicita-citakan, bahwa tujuan tidak akan tercapai tanpa keterlibatan kurikulum Kurikulum Pendidikan IslamHuda RohmadiSyamsulHuda Rohmadi, Syamsul. 2012. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam. Yogyakarta Kurikulum Teori Dan Praktik. Yogyakarta Ar-Ruzz MediaAbdullah IdiIdi, Abdullah. 2007. Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktik. Yogyakarta Ar-Ruzz Kurikulum. Bandung Pustaka SetiaM AhmadM. Ahmad. 1998. Pengembangan Kurikulum. Bandung Pustaka NataNata, Abudin. 2016. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta Prenada 2017. "KONSEP KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM Studi Komparatif Pemikiran Al-Ghozali Dan Ibnu Miskawaih." Jurnal Madaniyah 1 DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM Antara Harapan Dan KenyataanSilahuddinSilahuddin. 2014. "KURIKULUM DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM Antara Harapan Dan Kenyataan." Jurnal Mudarrisuna 4 331-55. SubhiAsepKomponen Dan Filosofi Kurikulum Pai Konsep DasarOlehSubhi, Tb. Asep. 2016. "KONSEP DASAR, KOMPONEN DAN FILOSOFI KURIKULUM PAI Oleh Tb. Asep Subhi Abstrak." Qathruna 3 1 Dengan Pendekatan Baru. Bandung Remaja RosdakaryaMuhibbin SyahSyah, Muhibbin. 2009. Psikologi Dengan Pendekatan Baru. Bandung Remaja Kurikulum Teori Dan PraktikNana Syaodih SukmadinataSyaodih Sukmadinata, Nana. 2017. Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktik. Bandung Remaja Rosdakarya.
MenurutProf Naquib al Attas, tujuan pendidikan adalah mengembalikan manusia kepada fitrah kemanusiaannya bukan pengembangan intelektual atas dasar manusia sebagai warga negara, yang kemudian identitas kemanusiaannya diukur sesuai dengan perannya dalam kehidupan bernegara. Menurutnya, konsep pendidikan Islam pada dasarnya berusaha mewujudkan manusia yang baik, manusia yang sempurna sesuai dengan fungsi utama diciptakannya.
Origin is unreachable Error code 523 2023-06-16 090455 UTC What happened? The origin web server is not reachable. What can I do? If you're a visitor of this website Please try again in a few minutes. If you're the owner of this website Check your DNS Settings. A 523 error means that Cloudflare could not reach your host web server. The most common cause is that your DNS settings are incorrect. Please contact your hosting provider to confirm your origin IP and then make sure the correct IP is listed for your A record in your Cloudflare DNS Settings page. Additional troubleshooting information here. Cloudflare Ray ID 7d81e33b39571c9a • Your IP • Performance & security by Cloudflare
Dengankata lain, tujuan diturunkannya Islam adalah untuk kemaslahatan hidup manusia, baik ruhani maupun jasmani, individual maupun sosial. Abu Ishaq al-Shatibi merumuskan lima tujuan (hukum) Islam, yakni: 1. Memelihara Agama (Hifdz Ad-Din) 2. Memelihara Jiwa (Hifdz An-Nafs) 3. Memelihara Akal (Hifdz Al'Aql) 4.
Memahami Konsep Dasar dan Lingkup KajianOleh; Wahdi SayutiA. Pengertian Pendidikan IslamMemahami pendidikan Islam dapat ditelusuri melalui keseluruhan sejarah kemunculan Islam itu sendiri. Tentu saja untuk memahaminya, tidaklah dipahami sebagai sebuah sistem pendidikan yang sudah mapan dan sistematis, melainkan proses pendidikan lebih banyak terjadi secara insidental bahkan mungkin lebih banyak yang bersifat jawaban dari berbagai problematika yang berkembang pada masa dalam Islam, secara bahasa memiliki terma yang sangat varian. Perbedaan ini tidak terlepas dari banyaknya istilah yang muncul dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits—sebagai sumber rujukan utama pendidikan Islam—yang menyebutkan kata kalimah yang memiliki konotasi pendidikan atau pengajaran. Setidaknya, ada empat 4 istilah yang digunakan untuk menyebutkan makna pendidikan, misalnya tarbiyah, ta’dib, ta’lim dan riyadhah. Tiga 3 dari empat 4 istilah tersebut pernah direkomendasikan oleh Konfrensi Internasional I tentang Pendidikan Islam di Mekkah pada tahun 1977.[1] Masing-masing terma tersebut, jelas memiliki aksentuasi dan implikasi yang berbeda. Berikut akan dijelaskan masing-masing istilah tersebut. 1. Al-TarbiyahMenurut Abdurrahman Al-Nahlawi, kata tarbiyah secara bahasa merupakan kata yang berasal tiga 3 akar kata, yakni, pertama raba – yarbu, yang berarti bertambah atau bertumbuh. Pengertian ini dapat dilihat dalam Al-Qur’an, surat Al-Rum, ayat 39.[2] Kedua, berasal dari rabiya-yarba, yang berarti menjadi dasar, dan yang ketiga, rabba-yarubbu, yang berarti memperbaiki, menguasai urusan, menuntut, menjaga dan memelihara. Pengertian ini dapat dilihat pada Al-Qur’an, surat Al-Isra, ayat 24.[3] Sementara, menurut Naquib Al-Attas, kata tarbiyah mengandung konotasi mengasuh, menanggung, memberi makan, mengembangkan, memelihara, menumbuhkan membentuk dan juga menjadikannya lebih matang. Dengan demikian, maka yang dimaksud dengan Al-Tarbiyah adalah proses mengasuh, membina, mengembangkan, memelihara serta menjadi kematangan bagi suatu objek. Bahkan dalam hal ini, Imam Baidawi memperjelas makna Tarbiyah dengan “Al Rabbu fi al Ashli bima’na al-Tarbiyah, wahiya al-Tabligh al-Syai’u ila kamalihi syai’an fa syay’an Al-Rabb asal katanya bermakna Tarbiyah, yakni menyampaikan atau mengantarkan sesuatu menuju ke arah kesempurnaan sedikti demi sedikit.2. Al-Ta’dibKata Ta’dib merupakan bentuk masdar dari kata addaba, yang berarti pengenalan dan pengakuan yang secara bertahap ditanamkan kepada manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan sedemikian rupa, sehingga membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan Kekuasaan dan Keagungan Tuhan di dalam tatanan wujud dan keberadaannya.[4] Pengertian ini didasarkan pada Hadits Rasulullah saw. yang mengatakan “addabani rabbi fa ahsana ta’dibi” Tuhanku telah mendidikku, sehingga menjadikan baik pendidikanku. Kata Ta’dib ini menurut Naquib Al-Attas merupakan istilah yang lebih mendekati pemahaman ilm. Atau dengan kata lain Ta’dib dipahami sebagai istilah pendidikan yang lebih mengarah pada proses pembelajaran, pengetahuan dan pengasuhan. Oleh karenanya, Naquib beranggapan bahwa penggunaan istilah Ta’dib lebih proporsional ketimbang istilah Tarbiyah untuk menyebut istilah Pendidikan Al-Ta’lim Menurut Abdul Fattah Jalal dalam buku Minal Ushul al-Tarbawiyah fi al-Islam, istilah Ta’lim diartikan dengan proses yang terus menerus diusahakan manusia sejak lahir untuk melakukan pembinaan pengetahuan, pemahaman, pengertian, tanggung jawab dan penanaman amanah.[5] Batasan pengertian ini dipahami lebih luas cakupannya dibandingkan dengan istilah Al-Tarbiyah, terutama dalam konteks sequency cakupan dan wilayah subjek atau objek didiknya. Sementara menurut Athiyah Al-Abrasy, ta’lim diartikan dengan upaya menyiapkan individu dengan mengacu pada aspek-aspek tertentu saja. Al-Ta’lim merupakan bagian kecil dari al-tarbiyah alaqliyah, yang hanya mencakup domaik kognitif saja dan tidak menyentuh aspek domain afektif dan Riyadhah Istilah riyadhah merupakan istilah pendidikan yang digunakan dan dikembangkan oleh Imam Al-Ghazali untuk menyebutkan istilah pelatihan terhadap pribadi individu pada fase anak-anak, atau yang dikenal dengan riyadhatusshibyan.[6] Imam Al-Ghazali dalam mendidik anak, lebih menekankan pada domain afektif dan psikomotor dibandingkan penguasan dan pengisian domain kognitif intelektual. Dalam praksisnya, para pakar berbeda pendapat mengenai definisi pendidikan Islam itu sendiri. Berikut beberapa pendapat para ahli pendidikan Islam dalam mendefinisikan istilah Pendidikan Islam;a. Muhammad Athiyah Al Abrasyi; “Pendidikan Islam Al Tarbiyah Al Islamiyah adalah usaha untuk menyiapkan manusia agar hidup dengan sempurna dan bahagia, mencintai tanah air, sempurna budi pekertinya, teratur pikirannya, halus perasaannya, mahir dalam pekerjaan, manis tutur katanya baik lisan maupun D. Marimba; Pendidikan Islam merupakan bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran M. Yusuf Al Qardawi; pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya, akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan ketrampilannya. Karenanya pendidikan Islam menyiapkan manusia untuk hidup baik dalam keadaan damai maupun perang dan menyiapkannya untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatannya serta manis dan pahitnya.[7]d. Hasan Langgulung; Pendidikan Islam merupakan suatu proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat.[8]e. Azyumardi Azra; Pendidikan Islam merupakan salah satu aspek saja dari ajaran Islam secara keseluruhan. Karenanya, tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia dalam Islam, yaitu untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang selalu bertaqwa kepada-Nya dan dapat mencapai kehidupan berbahagia di dunia dan akhirat.[9]f. Zakiyah Daradjat; Pendidikan Islam merupakan proses pembentukan kepribadian manusia sebagai muslim.[10]Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka yang dimaksud dengan pendidikan Islam adalah proses bimbingan kepada manusia yang mencakup jasmani dan rohani yang berdasarkan pada ajaran dan dogma agama Islam agar terbentuk kepribadian yang utama menurut aturan Islam dalam kehidupannya sehingga kelak memperoleh kebahagiaan di akhirat yang muncul dan dapat didiskusikan adalah dari beberapa istilah tersebut tarbiyah, ta’dib, ta’lim dan riyadhah manakah yang relevan untuk menyebutkan dan mewakili istilah pendidikan Islam?, Pertanyaan lain yang dapat dimunculkan adalah “apakah pendidikan Islam itu sama atau berbeda dengan pendidikan pada umumnya berkaitan dengan dasar sumber, orientasi serta nilai yang ditransfer”.B. Pengertian Ilmu Pendidikan Islam Secara sederhana yang dimaksud dengan Ilmu Pendidikan Islam adalah ilmu yang membahas dan memuat teori tentang pendidikan Islam. Akan tetapi, yang menjadi pertanyaan apakah dalam Ilmu Pendidikan Islam, terdapat teori yang tidak berdasarkan Islam?. Untuk memberikan pemahaman yang komprehensif tentang Ilmu Pendidikan Islam ini, maka akan diulas terlebih dulu mengenai pengertian ilmu itu sendiri. Menurut Ahmad Tafsir, Ilmu merupakan pengetahuan yang logis dan mempunyai bukti empirik dan dilakukan dengan cara riset penelitian.[11] Singkatnya—menurut Tafsir—yang dimaksud dengan ilmu haruslah memuat objek yang empiris serta dapat diterima dengan logis. Lebih lanjut, Tafsir membuat matriks pengetahuan manusia sebagai berikutTabel 1. Matriks Pengetahuan ManusiaDiadaptasi dari Ahmad TafsirBerdasarkan pengertian dan matriks di atas, maka yang dimaksud dengan ilmu adalah pengetahuan yang diperoleh manusia atas dasar riset, bersifat empiris dan dapat dilakukan dengan menggunakan indera dan akal. Pertanyaannya kemudian, apakah Pendidikan Islam sudah memenuhi aspek-aspek tentang Ilmu tersebut atau belum?. Jika sudah maka Pendidikan Islam dapat dikategorikan sebagai ilmu science, akan tetapi jika salah satu syaratnya hilang, maka Pendidikan Islam belum “layak” dikategorikan sebagai suatu ilmu science. Seperti disinggung dimuka, bahwa Ilmu Pendidikan Islam secara teoritikal merupakan pengetahuan yang membahas tentang teori-toeri pendidikan yang berdasarkan atas Islam, yang oleh karenanya pembahasan yang dimuat dalam Ilmu Pendidikan Islam adalah teori-teori yang terkait dengan pendidikan dalam perspektif Al-Qur’an dan Ruang Lingkup Ilmu Pendidikan Islam Sebagaimana pengertiannya, maka lingkup bahasan yang menjadi kajian Ilmu Pendidikan Islam ini adalah masalah-masalah pendidikan atas dasar ajaran Islam yang mencakup aspek tujuan, pendidik, anak didik, bahan, metode, kurikulum, alat, evaluasi dan lembaga-lembaga yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan Fungsi Pendidikan Islam Secara sederhana, fungsi Pendidikan Islam adalah sarana untuk menyediakan fasilitas yang dapat memungkinkan tugas pendidikan Islam dapat tercapai dan berjalan dengan lancar. Menurut Kurshid Ahmad, fungsi pendidikan Islam adalahAlat untuk memelihara, memperluas dan menghubungkan tingkat-tingkat kebudayaan, nilai-nilai tradisi dan sosial serta ide-ide masyarakat dan nasionalAlat untuk mengadakan perubahan, inovasi dan perkembangan yang secara garis besarnya melalui pengetahuan dan skill yang baru ditemukan dan melatih tenaga-tenaga manusia yang produktif untuk menemukan perimbangan perubahan sosial dan Sumber RujukanArifin, HM., Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta Bumi Aksara, 2000, Azyumardi, Pendidikan Islam; Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, Jakarta PT. Logos Wacana Ilmu, 2000, Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta Bumi Aksara, 2000, cet. ke-4Muhamin, Pemikiran Pendidikan Islam; Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalisasinya, Bandung PT. Trigenda Karya, 1993, cet. ke-1Mulkhan, Abdul Munir, Nalar Spiritual Pendidikan; Solusi Problem Filosofis Pendidikan Islam, Yogyakarta PT. Tiara Wacana, 2002, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta Kalam Mulia, 1994, cet. ke-1Soebahar, H. Abd. Halim, Wawasan Baru Pendidikan Islam, Jakarta Kalam Mulia, 2002, Ahmad, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung PT. Remaja Rosdakarya, 2001, pada perkuliahan Kedua Mata Kuliah Ilmu Pendidikan Islam di Program Studi Pendidikan IPS, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Rabu, 09 Maret 2011[1]Lihat, Abdul Halim Soebahar, Wawasan Baru Pendidikan Islam, Jakarta Kalam Mulia, 2002, h. 2. Konfrensi tersebut merekomenadikan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan Islam adalah “totality in context of Islam inherent in the conotation of three each these term conveys concerning man in his society and environment in relation to God Islam related to ten other and together they represent the scope of education in Islam both “Formal” and “non Formal” Conference Book, 1997 1.[2]Wa mã ãtaitum min ribban liyarbũ fi amwãli al-nas falã yarbũ inda Allah Dan suatu riba tambahan yang kalian berikan agar dia menambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah.[3]… rabbi irhamhumâ kamâ rabbayâni shaghirâ ya Tuhan, sayangilah keduanya ibu-bapak sebagaimana mereka telah memelihara mengasuhku sejak kecil.[4]Muhaimin, Pemikiran Pendidikan Islam; Kajian Filosofisdan Kerangka Dasar Operasionalisasinya, Bandung PT. Trigenda Karya, 1993, h. 133-134[5]Lihat, Abd. Halim Soebahar, Op. Cit., h. 4-5, dan Muhamin, Ibid., h. 132[6]Muhaimin, h. 134[7]Yusuf Al Qardhawi, Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan Al-Banna, terj. Prof. H. Bustami A. Ghani dan Drs. Zainal Arifin Ahmad, Jakarta Bulan Bintang, 1980, h. 157[8]Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam Bandung Al Ma’arif, 1980, h. 94[9]Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, Jakarta PT. Logos Wacana Ilmu, 2000, h. 8[10]Zakiyah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta Bumi Aksara, 2000, cet. ke-4, h. 27-28[11]Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung PT. Remaja Rosdakarya, 2001, h. 15
Iamenyatakan bahwa manusia bisa dibagi menjadi 3 golongan. 1. Manusia yang mencintai kesenangan. 2. Manusia yang mencintai kegiatan. 3. Manusia yang mencintai kebijaksanaan. Filsafat terbagi kedalam beberapa bidang dan menimbulkan suatu disiplin ilmu yang baru, misalnya, filsafat hukum, filsafat kebudayaan, filsafat agama dan masih banyak yang
PERUMUSAN VISI DAN MISI SEBAGAI ORIENTASI PENGELOLAAN PENDIDIKAN ISLAM oleh Hujair AH. Sanaky, Dr. MSI Perubahan dan inovasi merupakan kata kunci dan dijadikan sebagai titik tolak dalam mengembangkan pendidikan pada umumnya. Dalam pengelolaan program-program pendidikan, diperlukan perumusan visi, misi, orientasi, strtaegi, tujuan dan perioritas yang dituju secara jelas, sehingga dalam pelaksanaan dan pengambangan program pendidikan selau berorientasi kepada visi dan misi yang telah ditetapkan tersebut. Pada era sekarang ini, pengelola pendidikan juga dihadapkan pada tuntutan manajemen kualitas penjaminan mutu quality assurance pendidikan, sehingga lembaga dan institusi pendidikan mulai mengguna kan manajemen mutu dan kemudian merumuskan dan menetapkan visi dan misi sekolah atau madrasah masing-masing untuk memenuhi tuntutan tersebut. Lembaga dan institusi pendidikan Islam, mulai dari madrasah ibtidaiyah sampai dengan perguruan tinggi Islam telah merumuskan visi dan misi masing-masing sebagai tuntutan kualitas penjamin mutu quality assurance atau Quality Management System pendidikan dengan berbagai gaya bahasa. Katakan saja ada yang merumuskan visi pendidikan Islam adalah pendidikan yang unggul, berilmu, terampil, berakhlakul karimah, mewujudkan insan beriman, bertaqwa, dan beramal. Sedangkan misi pendidikan Islam adalah pendidikan yang akan menjadikan peserta didik unggul di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi; bersikap mandiri; terampil dalam penguasaan teknologi informasi; terampil dalam penguasaan bahasa asing; pembentukan karakter Islami; melibatkan seluruh warga madrasah, komite dan stakeholders dalam pengambilan keputusan; membangun kesadaran ukhuwah islamiyah, mewujudkannya dalam kehidupan masyarakat; madrasah sebagai lembaga pendidikan yang mendapatkan kepercayaan masyarakat, dan sebagainya. Tetapi yang menjadi pertanyaan apakah program-program pendidikan yang dilaksanakan selalu mengacu kepada visi dan misi yang telah dietapkan tersebut? Kemudian bagaimana standar pengukurannya untuk mengetahui tingkat pencapaiannya, sehingga dapat diketahui apakah telah terjadi prubahan terus menerus, perubahan berkelanjutan Continual Improvemnet. Sistem pendidikan yang bagaimana yang mampu membawa peserta didik dengan jeli memahami visi dan mampu memilih periorita. dalam melaksanakan program-program pendidikannya. Pengelola lembaga pendidikan tidak perlu terkecoh dengan kepentingan yang sifatnya sesaat, kepentingan normatif sebagai pemenuhan standar, perumusan visi dan misi hanya sebagai suatu ”merah gading” atau hanya sebagai ”pemeo” yang dibanggakan, tetapi sulit dilaksanakan dan dicapai. Untuk itu, diperlukan suatu rumusan visi dan misi pendidikan Islam yang jelas, mampu dilaksakan, dapat dikur, dapat dicapai, dan terjadi perubahan, dengan mempertimbangkan budaya organisasi dan keterpaduan dengan core biliefs dan core values atau nilai-nilaia keunggulan dan nilai pengabdian. Para penyelenggara pendidikan dituntut memiliki visi dan misi untuk mencapai pendidikan yang selenggarakan. Sebelum membahas misi dan visi pendidikan Islam, terlebih dahulu dijelaskan konsep misi dan visi serta keterkaitannya dengan core biliefs dan core values. Menurut beberapa pengertian misi adalah “jalan pilihan the chosen track suatu organisasi untuk menyediakan produk/jasa bagi customer-nya. Perumusan misi merupakan suatu usaha untuk menyusun peta perjalanan mewujudkan visi, sedangkan visi, pandangan jauh ke depan, ”idea” yang ingin diwujudkan turning idea into reality, atau visi merupakan “suatu pikiran yang melampaui realitas sekarang, sesuatu yang kita ciptakan yang belum pernah ada sebelumnya, suatu keadaan yang akan kita wujudkan yang belum pernah kita alami sebelumnya”. Visi pendidikan merupakan suatu pandangan atau keyakinan bersama seluruh komponen pendidikan sekolah akan keadaan masa depan yang diinginkan. Misalnya, dalam merumuskan visi pendidikan adalah ”menjadi sekolah atau perguruan tinggi yang paling unggul di Indonesia”. Keberadaan visi akan memberikan inspirasi dan mendorong seluruh warga sekolah dan kampus, bekerja lebih giat untuk mencapai visi tersebut. Visi pendidikan sekolah dan perguruan tinggi harus dinyatakan dalam kalimat yang jelas, posetif, realistis, menantang, mengundang partisipasi, dan menunjukkan gambaran masa depan”. Misi erat kaitannya dengan visi, apabila visi pernyataan tentang gambaran global masa depan, misi merupakan pernyataan formal tentang tujuan utama yang akan direalisir. Jadi kalau visi merupakan ide, cita-cita dan gambaran di masa depan yang tidak terlalu jauh yang ingin diujudkan, misi merupakan upaya untuk konkritisasi visi dalam ujud tujuan dasar yang akan diujudkan. Jadi, visi dan misi pendidikan suatu sekolah dan perguruan tinggi “merupakan penjabaran atau spesipikasi visi dan misi pendidikan nasional yang disesuaikan dengan latar belakang dan kondisi lokal”, serta didasarkan pada nilai-nilai values yang dianut, nilai-nilai keunggulan, dan nilai-nilai pengabdian. Misi dan visi tersebut kemudian diujudkan dalam program-program yang harus dilakukan untuk menjadikan lembaga atau sekolah dan perguruan tinggi paling unggul di Indonesia. Misalnya, untuk meningkatkan mutu tenaga pengajar, agar dalam 5 tahun ke depan semua guru sudah tersertifikasi, sistem pembelajaran sudah berbasis IT. Tenaga pengajar di perguruan tinggi minimal bergelar Magister, dan sebagian besar lebih dari 50% sudah bergelar Doktor, mempunyai jabatan guru besar. Misi pendirian perpustakaan yang modern, dalam 5 tahun ke depan sistem pelayanan diperpustakaan telah menggunakan IT dan lengkap dengan buku-buku keilmuan mutakhir. Dalam konteks out-put pendidikan, dari pandangan ini dapat dikatakan bahawa visi dan misi sekolah-sekolah Islam merupakan penjabaran atau spesipikasi dari visi dan misi pendidikan Islam itu sendiri, yaitu membentuk “insan kamil” yang berfungsi mewujudkan rahmatan lil alamin. Selain itu, visi dan misi tersebut juga perlu disesuaikan dengan latar belakang, kondisi lokal masing-masing, didasarkan pada nilai-nilai ajaran Islam, nilai-nilai budaya, nilai-nilai keunggulan, dan nilai pengabdian. Dengan demikian, dalam merumuskan misi dan visi pendidikan harus didasarkan pada core beliefs dan core values. Sedangkan untuk mencapai visi dan misi tersebut, harus dilaksanakan dengan penyusunan kebijakan, orientasi, sasaran dan strategi secara operasional. Hubungan antara misi, visi, core beliefs, core values, kebijakan, dan strategi dapat digambarkan, sebagai berikut Gambar 1 Hubungan antara misi, visi, core biliefs, core values, dan strategi Hubungan antara misi, visi, core biliefs, core values dan strategis dari gambar di atas, dapat dijelaskam sebagai berikut a. Pertama kali organisasi, dalam hal ini lembaga pendidikan Islam perlu menetapkan misi yang merupakan the chosen track – memilih misi untuk menyediakan produk atau jasa bagi customer-nya. Misi ditetapkan berdasarkan asumsi tentang lingkungan yang akan dimasuki oleh organisasi tersebut. Organisasi perlu mengamati trend perubahan di masa akan datang. Hasil trend watching ini kemudian digunakan untuk melakukan envisioning, yang merupakan pengembangan visi dari suatu kondisi yang akan diwujudkan di masa yang akan datang. b. Visi pada hakekatnya merupakan perubahan dan seringkali perubahan dapat diibaratkan dengan swimming upstream, maka perwujudan visi menuntut organisasi atau lembaga melakukan long and rocky journey yang membutuhkan energi luar biasa besarnya. Energi yang diperlukan untuk mewujudkan visi, perlu digali diri setiap anggota organisasi atau lembaga dengan menanamkan core biliefs tentang kebenaran visi dan perjalanan untuk mewujudkan visi. Maka untuk mewujudkan visi, hanya dapat dilakukan dengan cara Pertama, mengkomunikasikan visi tersebut secara jelas kepada seluruh anggota organisasi atau lembaga; dan Kedua, mengkomunikasikan tentang kebenaran visi organisasi dan perjalanan untuk mewujudkannya. Keberhasilan dalam mengkomunikasikan visi tersebut akan mengubah visi organisasi atau lembaga menjadi shared vision. c. Untuk mewujudkan visi melalui the chosen track misi menuntut perilaku tertentu dari para anggota organisasi atau lembaga; 1 Perilaku yang diharapkan dari anggota organisasi, diwujudkan melalui core values dan perlu dijunjung tinggi. Sebab core values merupakan nilai ideal yang perlu dijunjung tinggi setiap anggota organisasi suatu lembaga. Maka tanpa core values yang ditetapkan sebagai perilaku yang diharapkan, perjalanan untuk mewujudkan visi akan dilakukan berdasarkan prinsip yang salah dalam konteks ini dapat dikatakan bahwa “tujuan menghalal cara”. Core values, dijelaskan sebagai pemberian makna terhadap pekerjaan sebagai pengabdian kepada Tuhan, karena perilaku luhur sebagaimana diajarkan dalam agama diujudkan melalui pekerjaan untuk merealisasi visi lembaga atau organisasi; 2 Dalam pendidikan Islam, nilai-nilai pengabdian Ibadah yang dibagun berupa; keimanan, ke Islaman, ihksan, amanah, jujur dan tanggung jawab, qona’ah, komitmen, sabar, sidiq, ukhuwah, kerjasama, toleran, pelayanan, perlindungan. Nilai-nilai keunggulan yang dibangun, adalah cerdas, inovatif, kreatif, disiplin, kerja keras, proaktif, terbuka, efisien dan efektif, serta integratif. d. Untuk mewujudkan visi harus dilaksanakan dengan orientasi, sasaran, tujuan, dan “strategi”. Dengan strategi yang jelas diharapkan dapat menyusun langkah-langkah yang terencana, sistematis, dan efisien untuk menjawab persoalan yang dihadapi suatu lembaga atau organisasi untuk mewujudkan visi yang telah dirumuskan atau ditetapkan. Selanjutnya harus didukung dengan ”rencana kerja” yang jelas, sehingga akan menghasilkan suatu perubahan dalam proses kerja orgenisasi tersebut. Atas dasar itu, Suyanto, mengusulkan langkah-langkah reformasi pendidikan untuk menyongsong era informasi dan globalisasi menuju masyarakat Indonesia baru dan masyarakat madani, adalah a pendidikan hendaknya memiliki visi yang berorientasi pada demokrasi bangsa sehingga memungkinkan terjadinya proses pembedayaan seluruh komponen masyarakat secara demokratis, b pendidikan hendaknya memiliki misi agar tercapai partisipasi masyarakat secara menyeluruh sehingga secara mayoritas seluruh kompnen bangsa yang ada dalam masyarakat menjadi terdidik, c misi pendidikan harus diorientasikan pada “perwujudan sistem dan iklim pendidikan yang demokratis dan bermutu guna memperteguh akhlak mulia, kreatif, inovatif, berwawasan kebangsaan, cerdas, sehat, berdisiplin dan bertanggungjawab, berketerampilan serta menguasai IPTEK dalam rangka mengembangkan kualitas manusia Indonesia. Berdasarkan pandangan di atas lembaga-lembaga atau institusi pendidikan Islam mau tidak mau dituntut untuk menyusun misi dan visi, baik pada tingkat makro maupun tingkat mikro serta kebijakan dan strategi pengelolaan pendidikannya. Apabila mencoba merumuskan misi pendidikan Islam, adalah bagaimana pendidikan Islam dapat a memgembangkan potensi peserta didik secara optimal melalui pendidikan dan pengajaran bermutu berdasarkan nilai-nilai Islam, b mendorong pembaruan pemikiran Islam menuju masyarakat madani, c mengintegrasikan “ilmu agama Islam” dengan “ilmu pengetahuan umum”, d menghasilkan individu dan masyarakat yang relegius iman dan taqwa, akhlak mulia, cerdas, berketerampilan, menguasai iptek, kreatif, inovatif, memiliki integritas pribadi, merdeka, demokrasi, bersikap adil, disiplin, memiliki sikap toleran yang tinggi, menghargai hak asasi manusia, taat hukum, dalam rangka mengembangkan kualitas manusia Indonesia yang memiliki orientasi global. Pendidikan Islam, sebenarnya telah memiliki visi dan misi yang ideal, yaitu “rahmatan lil’alaim”. Konsep dasar filosofis pendidikan Islam lebih mendalam, menyangkut dengan persoalan hidup multi diemensional, yaitu pendidikan yang tidak terpisahkan dari tugas kekhalifahan manusia atau lebih khusus lagi sebagai penyiapan kader-kader khalifah dalam rangka membangun kehidupan dunia yang makmur, dinamis, harmonis dan lestari sebagaimana diisyaratkan oleh Allah dalam Qur’an. Hal ini berarti bahwa “pendidikan Islam sebenarnya mengemban misi melahirkan manusia yang tidak hanya memanfaatkan pesediaan alam, tetapi juga manusia yang mau bersyukur kepada yang membuat manusia dan alam, memperlakukan dan memberdayakan manusia sebagai khalifah, memperlakukan alam tidak hanya sebagai obyek penderita semata, tetapi juga sebagai komponen integral dari dari sistem kehidupan”. Mestinya pendidikan Islam adalah pendidikan yang ideal, sebab visi dan misinya adalah “rahmatan lil’alamin” untuk membangun kehidupan dunia yang makmur, demokrasi, adil, damai, taat hukum, dinamis, dan harmonis. Tutuntan perumusan visi baru pendidikan menjadi suatu keharusan dalam upaya perubahan manajemen pendidikan Islam, baik pada tingkat makro maupun tingkat mikro. Perumusan visi pendidikan Islam pada ditingkat makro yaitu “bagaimana pendidikan dapat menunjang transformasi menuju masyarakat madani Indonesia yang ditandai oleh suatu sistem kehidupan baru sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia pada era reformasi ini” atau “bagaimana pendidikan Islam membangun manusia dan masyarakat madani Indonesia, yang memiliki identitas berdasarkan nilai-nilai Islam dan budaya Indonesia”. Perumusan visi pendidikan Islam pada tingkat mikro, yaitu “bagaimana pendidikan Islam menghasilkan individu relegius yang memiliki integritas pribadi merdeka, demokrasi, toleransi kemanusian yang tinggi serta berpikir local tetapi memiliki orientasi global. Bagaimana menjadikan lembaga pendidikan Islam unggul dalam pembinaan moral dan pengembangan ilmu pengetahuan terutama ilmu-ilmu Islam, sehingga terwujudnya pendidikan Islam yang “rahmatan lil’alamin”. Kehadiran pendidikan Islam diharapkan benar-benar dapat membawa kemaslahatan bagi seluruh masyarakat yang memiliki komitmen pada kesempurnaan, keunggulan risalah Islamiyah di bidang pendidikan dan penelitian. Strategi baru dalam mencapai pendidikan yang bermutu, berupa kerja pendidikan adalah kerja akademik dan bukan kerja birokrasi atau perkantoran. Hal ini perlu dibedakan, sehingga tidak menyamakan dalam kerja pengelolaan akademik dengan kerja birokrasi perkantoran. Di dalam kerja akademik yang dipertimbangkan adalah pengembangan proses berpikir atau metodologi pencarian kebenaran dan proses pendewasaan berpikir, emosi, karakter, dan spritual, atau dengan satu kata adalah proses pendewasaan kepribadian. Dari perspektif ini Mastuhu, sengaja menggunakan istilah proses ”mengajar-belajar” dan bukan proses belajar-mengajar sebagai ganti istilah pembelajaran. Dengan kemampuan ”mengajar-belajar” dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan cara-cara belajar lebih lanjut ”learn how to learn”; sedangkan dengan istilah ”belajar-mengajar”, dikhawatirkan akan terjebak dalam kebiasaan ”menggurui” di mana guru tahu, murid tidak tahu; atau seperti dikatakan Paulo Freire adalah pendidikan ”gaya bank”, padahal dalam paradigma baru pendidikan; ilmu itu dicari, bukan ditunggu, belajar adalah menemukan, hadap masalah, menganalisis, dan memecahkan. Meskipun demikian, kata Mastuhu, tidak berarti dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah atau perguruan tinggi sama sekali tidak memerlukan otorita administrasi-birokrasi sebagai bagian dari otorita kekuasaan dari suatu organisasi. Maka dalam wacana penyelenggaraan pendidikan di sekolah atau perguruan tinggi, otorita administrasi diperlukan untuk menunjang dan memfasilitasi kelancaran proses akademik dan proses mengajar-belajar atau pembelajaran. Perbedaan dengan otorita administrasi-birokrasi dalam kerja kantor yang merupakan kekuatan inti bagi penyelenggaan suatu kantor non-kependidikan. Dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah dan perguruan tinggi, sering terjadi praktik ”birokrasi” sehingga membuat administrasi akademik menjadi sulit atau dipersulit dan kaku dalam pelayanan. Dari kerangka berpikir Mastuhu dan digelisahkan Paulo Freire di atas, kemudian Teunku Amiruddin, mengusulkan perlu mempertimbangkan lima visi dasar pendidikan manusia di abad 21, sebagaimana yang diajukan oleh UNESCO Unites Nation Education Scientific, and Cultural Organization. Lima visi dasar pendidikan tersebut; Pertama, learning haw to think belajar bagaimana berpikir, arti dalam proses memuat aspek-aspek pendidikan yang mengedepankan rasional, keberanian bersikap kritis, mandiri, dan hobi membaca; Kedua, learning haw to do, memuat aspek-aspek keterampilan dalam keseharian hidup termasuk kemampuan pribadi memecahkan setiap masalah; Ketiga, learning to be belajar menjadi diri sendiri, memuat aspek-aspek mendidik orang agar kemudian hari orang dapat tumbuh berkembang sebagai pribadi yang mandiri, memiliki harga diri, dan bukan sekedar memiliki having materi; Keempat, learning haw to learn belajar untuk belajar hidup, yang berarti menyadarkan bahwa pengalaman sendiri itu tak pernah mencukupi sebagai bekal hidup. Orang juga perlu mengembangkan sikap-sikap kreatif, daya pikir imajinatif – hal-hal yang barangkali tidak diperoleh dari bangku sekolah; Kelima, learning haw to live together belajar hidup bersama, artinya masyarakat pendidikan memberikan ruang bagi pembentukan kesadaran bahwa manusia hidup dalam sebuah dunia yang global bersama banyak manusia dari berbagai belahan dunia dengan latar belakang budaya dan etnik yang berbeda. Dari sinilah, pendidikan nilai seperti tanggungjawab atas pelestarian lingkungan, kejujuran, keadilan, toleransi, perdamaian, penghormatan hak-hak asasi manusia menjadi hal yang perlu diperhatikan. Apabila konsep Islam dan UNESCO ini dipadukan atau dipertemukan, barangkali akan menjadi alternatif baru bagi pendidikan Islam. Dalam artian pendidikan Islam dapat dikembangkan dengan mengedepankan rasionalitas, sikap kritis, mandiri, mampu memecahkan masalah, mengembangkan sikap kreatif, memiliki daya pikir imajinatif, toleransi, perdamaian, menghargai hak asasi manusia serta siap bersaing dalam dunia global yang dilandasi dengan nilai-nilai Islami menuju masyarakat madani. Tetapi yang penting adalah bagaimana mengoperasionalkan gagasan-gagasan itu sedini mungkin, setidaknya dimulai dari tingkat pendidikan dasar. Visi dan misi atau pandangan dunia yang jelas, akan mempengaruhi hakekat dan tujuan pendidikan. Maka dalam upaya mewujudkan misi dan visi pendidikan tersebut, harus didasarkan pada core beliefs, core values, serta dilaksanakan dengan ”kebijakan”, yaitu menetapkan berbagai program dan kegiatan untuk mencapai tujuan dengan memanfaatkan berbagai potensi yang tersedia. Core biliefs, berupa keyakinan tentang kebenaran visi dan kebenaran jalan yang dipilih untuk mewujudkan visi pendidikan Islam. Core beliefs berfungai untuk membangkitkan semangat tinggi terhadap usaha perwujudan visi. Core biliefs pendidikan Islam adalah bagaimana “upaya pengembangan pandangan hidup Islami untuk dimanifestasikan dalam sikap hidup dan keterampilan hidupnya selaras dengan minat, bakat, kemampuan dan bidang kehidupannya masing-masing. Paradigma ini berimplikasi pada pendidikan Islam yang berorientasi pada peningkatan iman dan takwa”. Nilai-nilai ajaran Islam yang digunakan sebagai core biliefs yang “mengandung makna bahwa setiap muslim dituntut untuk menjadi aktor beragama yang loyal, concern dan commitment dalam menjaga dan memelihara ajaran dan nilai-nilai Islam dalam segala aspek kehidupannya, serta bersedia dan mampu berdedikasi sesuai dengan minat, bakat, kemampuan dan bidang keahliannya masing-masing dalam perpektif Islam untuk kepentingan kemanusiaan”. Dari persfektif ini kiranya core biliefs pendidikan Islam sebagai upaya menegakkan wahyu Ilahi dan Sunnah Nabi, sebagai sumber kebenaran mutlak yang menjadi rahmat bagi alam semesta dan mendukung cita-cita luhur dalam mencerdaskan kehidupan bangsa melalui upaya membentuk manusia Indonesia yang bertaqwa, berakhlak, berilmu pengetahuan dan teknologi, terampil, dan dapat dimanifestasikan dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan nilai-nilai Islam. Core values, memberikan makna terhadap suatu proses sebagai pengabdian kepada Tuhan. Untuk itu, core values merupakan nilai-nilai yang dijunjung tinggi, berupa nilai-nilai yang terkndung dalam al-Qur’an dan Hadis oleh lembaga pendidikan Islam dalam usaha atau perjalanan mewujudkan visi. Core values, akan memberikan batasan dalam pemilihan cara-cara yang ditempuh dalam usaha mewujudkan visi. Misalnya saja nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan Islam berupa nilai pengabdian, keimanan, keikhlasan, kejujuran, qona’ah, kerjasama dan toleran ukhuwah, sedangkan nilai-nilai pengembangan adalah berupa nilai inovatif, disiplin, terbuka dan proaktif, efesien, efektif, dan nilai integratif. Nilai-nilai tersebut dapat digunakan dalam mewujudkan visi pendidikan, karena pendidikan Islam “sebagai upaya pengembangan pandangan hidup Islami, yang diwujudkan dalam sikap hidup dan dimanifestasikan dalam keterampilan hidup sehari-hari. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, akan bertolak dari suatu pandangan yang theosentris, di mana proses dan produk pencarian, penemuan iptek lewat studi, penelitian dan eksperimen, serta pemanfaatannya dalam kehidupan yang merupakan realisasi dari misi kekhalifahan serta pengambdiannya kepada Allah. Dengan core values, dapat membentuk perilaku yang diharapkan, memberikan batasan dan penilaian cara-cara yang ditempuh dalam upaya mewujudkan visi yang dilaksanakan dengan kebijakan, strategi, dan atau langkah-langkah yang sistematis, sehingga mampu mengembangkan sumber daya manusia berkualitas. Dari uraian di atas, tutuntan perubahan manajemen mutu dengan perumusan visi baru pendidikan menjadi suatu keharusan dalam upaya perubahan dan inovasi manajemen pendidikan Islam. Dalam pengelolaan pendidikan Islam, diperlukan menajemen perubahan managing change, yang bertolak dari visi vision yang jelas, dijabarkan dalam misi mission, didukung dengan roles aturan, didukung dengan skill, insentif incentive, disertai dengan sumber daya resource baik fisik dan non fisik, termasuk SDM yang memadai, dan diwujudkan dalam “rencana kerja” action plan yang jelas, dengan demikian akan terjadilah perubahan change, dan perubahan itu harus terjadi dalam suatu proses yang dilakukan secara terus menerus continual improvemnet quality sistem menajemen. Perubahan manajemen tersebut dapat digambar dalam diagram, sebagai berikut Diagram di atas, menunjukkan proses secara ideal perubahan manajemen managing change yang dapat ditempuh dalam pengembangan pendidikan; dimulai dari perumusan visi yang jelas; dijabarkan dalam misi; roles yang jelas; skills yang memadai; insentif incentive; sumber daya baik fisik maupun nonfisik, SDM yang memadai; serta ”rencana kerja” action plan yang jelas, sehingga akan terjadi perubahan change dalam pengelolaan pendidikan Islam secara terus menerus continual improvemnet atau perubahan yang berkesinambungan. Tetapi jika salah satu dari aspek manajemen perubahan tersebut ditinggalkan, akan mempunyai ekses tertentu pada pelaksanaan pendidikan. Misalnya saja; 1 Jika pengembangan pendidikan Islam ”tidak bertolak dari visi” yang jelas, tapi hanya memiliki misi, roles, skills, insentif, sumber daya, rencana kerja, akan ”berakibat kehancuran” perish; 2 Jika memiliki visi, roles, skills, insentif, sumber daya, rencana kerja, ”tetapi tidak memiliki misi” yang jelas, akan ”berakibat bingung” confusion, karena tidak tahu apa yang akan diperbuat; 3 Jika mimiliki visi, misi, skills, insentif, sumber daya, dan rencana kerja, tapi tidak memiliki ”roles”, akan berakibat konflik priority conflik; 4 Jika memiliki visi, misi, roles, insentif, sumber daya, rencana kerja, tapi ”tidak memiliki skills”, akan terjadi adalah ”kecemasan” atau anxietly kuno; 5 Jika memiliki visi, misi, roles, skills, sumber daya, rencana kerja, tapi tidak ”memiliki insentif”, akan berakibat ”perubahan yang lambat” slow change; 6 Jika memiliki visi, misi, roles, skills, insentif, rencana kerja, tapi ”tidak memiliki sumber daya”, maka yang akan terjadi adalah ”prustrasi” frustration; 7 Jika memiliki visi, misi, roles, skills, insentif, sumber daya, tapi tidak memiliki ”rencana kerja” yang terarah, akan berakibat sebagai ”awal keliru” false star. Perubahan dan inovasi itu sendiri hanyalah sebagai alat dan bukan tujuan, apa yang dituju oleh perubahan tersebut adalah sebagai upaya peningkatan mutu pendidikan, sehingga masing-masing institusi lembaga pendidikan Islam dituntut untuk menyelenggarakan dan mengelola pendidikan secara serius dan ”tidak sekedar”nya. Meminjam istilah Arif Furchan, bahwa banyak pengelolaan lembaga pendidikan Islam yang bekerja dengan hanya berbekal ”niat yang baik dan ikhlas” saja. Paradigma ini harus dirubah dan ditinggalkan, dalam artian institusi pendidikan Islam mulai dikelola dengan keahlian yang memadai, profesional, mampu memberikan jaminan mutu quality assurance kepada pengguna, mampu memberikan layanan yang prima, melakukan perubahan terus menerus continual improvemnet, serta mampu mempertanggungjawabkan kinerjanya kepada peserta didik, orang tua, masyarakat ataupun stakeholders lainnya. Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa dalam pengelolaan atau memanajen pendidikan harus disertai visi, misi, tujuan, orientasi, sasaran, tujuan dan strategi secara jelas dan terarah, sehingga tercapai perubahan yang diinginkan. a. Visi pendidikan yang jelas akan terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia agar berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. b. Misi pendidikan adalah untuk menemukan, mengamalkan dan mengembangkan iptek dalam bingkai nilai-nilai dan ajaran agama, menjadikan iptek sebagai alat mencapai puncak kebenaran agama, memberantas “kebodohan bangsa”, sebab kebodohan adalah sumber segala malapetaka. c. Orientasi, dimaksudkan kemampuan menyesuaikan diri dengan tantangan dan kebutuhan zaman. Dalam artian, orientasi pada pendidikan bermutu, untuk kepentingan peserta didik dalam menyongsong dan menata kehidupannya yang lebih baik. Untuk itu sudah saatnya harus meninggalkan pelaksaan pendidikan di bawah otoritas kekuasaan yang lengkap dengan praktik administrasf dan birokrasi yang imperative, pendidikan harus dilaksanakan di bawah otoritas akademik, dan demokratis. Orientasi pendidikan untuk semua, secara merata dan adil, kebutuhan, kenyataan dan “life skill” dalam tata kehidupan bersama kebutuhan “duniawiyah” tanpa melepaskan diri dari bayang-bayang kehidupan surgawi–ukhrowiyah. d. Sasaran, para penyelenggara pendidikan di sekolah dan perguruan tinggi harus mampu memprogramkan sasaran-sasaran lengkap dengan target yang jelas dan terukur, yang harus dicapai sesuai dengan visi dan misi organisasi tersebut. Sasaran pendidikan dalam rangka mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat. Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarkat belajar, meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral, meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, sikap, dan nilai berdasarkan standar nasional dan global, memberdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggara pendidikan berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks negara kesatuan. e. Tujuan, penyelenggara perlu merumuskan tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan paling dekat, kecil, dan praktis maupun tujuan yang paling mendasar, filosofis dan makro harus dirumuskan dengan bahasa yang sederhana, jelas, mantap sehingga dapat dimengerti oleh semua pihak yang terlibat dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah dan perguruan tinggi yang bersangkutan. Tujuan pendidikan, untuk mengembangkan potensi kemampuan peserta didik dalam menguasai iptek untuk kemaslahatan kehidupan bersama dan memelihara lingkungan kehidupan, mengembang-kan budaya belajar dan sekolah boleh selesai, belajar tak mengenal berhenti. f. Strategi penyelenggaraan pendidikan sekolah-madrasah, berfokus pada mutu, untuk itu diperlukan otonomi, akreditasi, evaluasi, dan akuntabilitas, bersaing mutu, kemandirian, keterbukaan, disiplin dan profesional dalam meningkatkan pelayanan terhadap peserta didik melalui peningkatan SDM dan manajemen atau pengelolaan sekolah. Strategi, penyelenggara sekolah atau perguruan tinggi, terutama pimpinan, harus mampu menghadap masalah dan mengelola masalah. Pimpinan tidak hanya ”leader” tetapi juga ”manager”. Dalam konteks ini, pengelola pendidikan harus mampu menciptakan strategi pencapaian tujuan pendidikan yang mudah dipahami, diikuti dan dapat dikembangkan oleh sumber daya para petugas yang lain sesuai dengan posisi, peran, dan tanggung jawab masing-masing. Dalam artian, bahwa semua komponen sumber daya manusia yang terlibat dalam pengelolaan pendidikan, harus memahami jelas dan dapat melaksanakan visi, misi, orientasi, sasaran, tujuan, dan strategi pendidikan di sekolah atau perguruan tinggi. Perumusan keenam komponen tersebut visi, misi, orientasi, sasaran, tujuan, dan strategi harus jelas dan mudah dipahami oleh semua pihak atau petugas yang bersangkutan. Keenam rumusan tersebut merupakan satu kesatuan yang ”utuh” yang ”interdependensi” satu terhadap rumusan yang lain. Maka dalam konteks menghadapi tututan reformasi pendidikan menuju masyarakat madani, mengharuskan lembaga-lembaga pendidikan Islam merumuskan misi, visi, orientasi, sasaran, tujuan, dan strategi pendidikan baik ditingkat makro maupun pada tingkat mikro. Dengan demikian berbagai langkah yang perlu ditempuh sebagai upaya untuk melakukan perubahan dan perbaikan baik di bidang manajemen, perencanaan, samapai pada praksis operaasional pendidikan di tingkat mikro. Dari kesemua uraian di atas, disimpulkan bahwa pada aspek manajemen pendidikan Islam dapat merumuskan visi dan misi yang jelas berorientasi kepada pencapaian tujuan pendidikan dan untuk menjawab tuntutan pengguna customer dan stakeholder. Program pendidikan Islam; 1 dikelola dengan menggunakan management profesional, dapat dipertanggungjawabkan responsibility, dengan memiliki sumber daya manajemen resources management yang berkualitas; 2 mengembangkan program pendidikan berkualitas quality plan, kebijakan dan perubahan pendidikan yang berorientasi pada kualitas quality policy; 3 mengembangkan program pendidikan yang berorientasi pada kualitas capaian quality objective, berorientasi pada aktivitas untuk pancapaian lulusan activity to output yang berkualitas, memiliki sistem penilaian measurement yang dapat dipertanggungjawabkan; dan 4 secara terbuka dapat menerima umpan balik dari pengguna impact customer, kemudian melakukan analysis secara terus menerus kontinu terhadap program-program pendidikan yang dilakukan, sehingga terjadi perubahan yang terus menerus dan berkelanjutan improvement continual sehingga terjadi improvemnet quality management sistem pendidikan Islam. 3. Strategi Pembaruan Pendidikan Islam Pembangunan pendidikan dan pendidikan Islam di Indonesia sekurang-kurangnya menggunakan empat strategi dasar, yakni; 1 pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan; 2 relevansi pendidikan; 3 peningkatan kualitas pendidikan; dan 4 efisiensi pendidikan. Maka secara umum keempat strategi tersebut dapat dibagi menjadi dua aspek yakni; 1 aspek peningkatan mutu; dan 2 pemerataan pendidikan. Pembangunan peningkatan mutu diharapkan dapat meningkatkan efisiensi, efektivitas dan produktivitas pendidikan. Sedangkan aspek pemerataan pendidikan diharapkan dapat memberikan kesempatan yang sama dalam memperoleh pendidikan bagi semua usia sekolah. Untuk menjamin kesempatan memperoleh pendidikan yang merata disemua kelompok strata dan wilayah tanah air sesuai dengan kebutuhan dan tingkat perkembangannya, perlu menyusun strategi dan kebijakan pendidikan Islam, yaitu a Menyelenggarakan pendidikan Islam yang relevan dan bermutu sesuai dengan kebutuhan masyarakat madani Indonesia dalam menghadapi tantangan global; b menyelenggarakan pendidikan Islam yang dapat dipertanggungjawabkan accountasle kepada masyarakat sebagai pemilik sumberdaya dan dana serta pengguna hasil pendidikan; c menyelenggarakan proses pendidikan Islam yang demokratis secara profesional sehingga tidak mengorbankan mutu pendidikan; d meningkatkan efisiensi internal dan eksternal pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan; e memberi peluang yang luas dan meningkatkan kemampuan masyarakat, sehingga terjadi diversifikasi program pendidikan sesuai dengan sifat multikultural bangsa Indonesia; f secara bertahap mengurangi peran pemerintah dalam hal ini Departemen Agama menuju ke peran fasilitator dalam implementasi sistem pendidikan Islam; g merampingkan birokrasi pendidikan Islam sehingga lebih lentur fleksibel untuk melakukan penyesuaian terhadap dinamika perkembangan masyarakat dalam lingkungan global. Apabila pembahasan ini berangkat dari rumusan misi dan visi pendidikan yang dikemukakan di atas, maka kebijakan pendidikan nasional termasuk pendidikan Islam harus diorientasikan pada upaya, untuk a perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu tinggi bagi seluruh rakyat Indonesia menuju terciptanya manusia Indonesia berkualitas; b peningkatan kemampuan akademik dan profesional serta meningkatkan jaminan kesejahteraan tenaga kependidikan sehingga mampu berfungsi secara optimal terutama dalam meningkatkan pendidikan watak dan budi pekerti; c perlu melakukan pembaruan kurikulum, berupa deversifikasi keurikulum untuk melayani keberagaman peserta didik, d memberdayakan lembaga pendidikan baik sekolah maupun luar sekolah sebagai pusat pembudayaan nilai, sikap dan kemampuan, serta meningkatkan partisipasi keluarga dan masyarakat; e melakukan pembaruan dan pemantapan sistem pendidikan berdasarkan prinsip desentralisasi, otonomi keilmuan dan manajemen; f memantapkan sistem pendidikan yang efektif dan efisien dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; g mengembangkan kualitas sumber daya manusia sedini mungkin secara terarah, terpadu, dan menyeluruh melalui berbagai upaya proaktif dan reaktif oleh seluruh komponen bangsa, sehingga generasi muda dapat berkembang secara optimal sesuai dengan potensinya. Bila prinsip tersebut diterapkan di sekolah, maka strategi pengelolaan pendidikan di sekolah, berorientasi pada a “school policy kebijakan sekolah yang memuat visi, misi, tujuan dan target-target perioritas pengembangan sekolah untuk mencapai visi, misi, dan tujuan yang dikehendaki bersama; b school annual planning rencana tahunan sekolah yang memuat rincian program kerja tahunan sekolah dalam berbagai aspek kegiatan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki; c school planning review, yaitu rencana jangka pendek sekolah yang memuat berbagai macam dan target pengembangan sekolah untuk jangka waktu tiga sampai lima tahun. Strategi pendidikan merupakan target pencapaian, baik bersifat jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang dalam merealisasikan terlaksanaya penyelenggaraan pendidikan menuju masyarakat madani Indonesia. Maka dalam menetapkan sasaran pencapaian strategi pendidikan harus memiliki nilai khusus specific, dapat terukur dan terhitung measurable, dapat tercapai achievable, realis dan wajar realistic, dan berjangka waktu time frame. Berdasarkan time frame berjangka waktu tersebut, perlu disusun langkah-langkah atau strategi untuk mencapai visi pendidikan adalah, sebagai berikut Pertama, strategi jangka panjang, diperlukan upaya untuk membangun lembaga pendidikan Islam yang memadai secara ”akademik” dan ”finansial” melalui kebijakan restrukrisasi dan rekapitulasi yang berkesinambungan. Dengan demikian, rumusan strategi jangka panjang pendidikan adalah 1 Menciptakan sistem perencanaan yang berbasis kepentingan lokal untuk mengakomodasikan aspirasi dan kemajuan masyarakat, berorientasi nasional untuk menjamin persamaan, dan berwawasan global agar mampu mempertimbangkan kecenderungan global dan regional; 2 Menerapkan sistem manajemen mutu secara menyeluruh berupa penataan kembali manajemen organisasi di semua tingkat kelembagaan dan proses pembelajaran; 3 Melakukan review kurikulum secara periodik serta meningkatkan pengembangan implementasi kurikulum secara kontinu dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan sehingga menghasilkan lulusan yang memiliki keunggulan kompetitif yang bertumpu pada pendidikan global global education; 4 Melakukan perekayasaan proses, yaitu berupa penerapan pendekatan dan metode serta isi pendidikan yang memberi kesempatan luas kepada peserta didik dan warga negara untuk mengembangkan potensi kemampuannya secara utuh; 5 Menjaga konsistensi dan kontiniutas internalisasi nilai-nilai pendidikan Islam di antara tiga pusat pendidikan, yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat, sehingga terhindar dari benturan-benturan pada peserta didik dengan norma-norma sosial yang ada dimasyarakat. Kedua, strategi jangka menengah, upaya untuk memantapkan infra struktur melalui kebijakan rekapitulasi terhadap komponen penunjang dalam sistem pendidikan. Strategi pendidikan Islam jangka menengah menyangkut dengan demokratisasi pendidikan, relevansi pendidikan, akuntabilitas pendidikan, profesionalisme, meningkatkan efisiensi pendidikan, mengakomodasi kemajemukan, dan desentralisai. Mak untuk lebih jelasnya, strategi tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut 1 Demokratisasi pendidikan Islam, mengoptimalkan pendayagunaan institusi pendidikan Islam yang berwujud pusat kegiatan belajar, kelompok kerja sekolah, pesantren untuk mensukseskan wajib belajar pendidikan dasar, pendidikan dasar yang berbasis di mesjid dan pusat latihan kerja. 2 Relevansi pendidikan Islam, dalam rangka meningkatkan relevansi pendidikan ada beberapa upaya yang dapat dilakukan; Pertama, menjamin pendidikan melalui program pendidikan yang bermutu dan lebih fungsional baik bagi individu maupun masyarakat. Dalam konteks ini, dianggap perlu untuk melibatkan para tokoh masyarakat ataupun stakeholders di samping para ahli untuk merancang isi kurikulum dan jenis kegiatan-kegiatan pembelajaran pendidikan Islam; Kedua, untuk menghadapai tantangan globalisasi yang menuntut kualifikasi tertentu setiap lulusan dari jenis dan jenjang pendidikan Islam tidak hanya dituntut menguasai kemampuan akademik saja, melainkan perlu juga diorientasikan pada kompotensi tambahan berupa, keterampilan kerja skill, manajemen diri, keterampilan komunikasi, kemampuan komputer dan internet, kemampuan memobilisasi dan inovasi; Ketiga, kompetensi tambahan ini dapat dimasukan dalam kurikulum pendidikan Islam pada seluruh jenjang dan jenis pendidikan secara komprehensif dalam program kurikulum, ekstra kurikulum, maupun hidden curriculum. 3 Akuntabilitas proses pendidikan Islam, proses pendidikan diharapkan benar-benar mampu menjamin pendidikan yang dapat menjaga dan meningkatkan mutu pendidikan serta dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat. Mutu tidak hanya menyangkut masalah isi saja, melainkan juga kesesuaian metodologi pembelajaran. Akuntabilitas pendidikan dapat dikembangkan dengan Pertama, pendidikan lebih ditekankan pada kegiatan belajar dari pada mengajar, pada setiap tingkat satuan pendidikan; Kedua, menerapkan pengembangan kurikulum secara komprehensif yang dirancang untuk memelihara integritas pengembangan kemampuan akademik, keterampilan teknis dalam proses pendidikan; Ketiga, mengembangkan sistem penilaian menyeluruh terhadap peserta didik untuk menentukan keberhasilan pendidikan sesuai dengan tuntutan masyarakat; dan Keempat, mengembangkan manajemen pendidikan yang berbasis pada masyarakat dan sekolah, sehingga program dan proses pendidikan yang berlangsung dapat diterima dan didukung oleh sekolah serta masyarakat. 4 Profesionalisme pendidikan, merupakan salah satu aspek penting untuk menentukan kualitas pendidikan Islam. Tuntutan personil atau sumberdaya pendidikan yang profesional merupakan tumpuan bagi keberhasilan suatu proses yang berkualitas. Pihak-pihak yang bertanggungjawab atas kelangsungan dan keberhasilan proses pendidikan Islam, seperti para pengajar sebagai penanggungjawab utama perlu mendapatkan perhatian yang serius, karena keberhasilan proses pendidikan lebih banyak bertumpu pada manajemen pengajar. Berbagai aspek yang perlu diperhatikan dan diperhitungkan di antaranya 1 rekruitmen tenaga pengajar diorientasikan pada kebutuhan serta kualitas; 2 pelatihan tenaga pengajar sangat diperlukan untuk peningkatan kualitas pembelajaran dan pelatihan lebih diorientasikan pada hal-hal yang praktis sehingga mudah diterapkan di lapangan; 3 pemilihan, penunjukkan dan penempatan dapat dilihat sebagai satu rangkaian dari perjalanan pengembangan profesi pendidikan. Pemilihan dan penunjukan lebih mementingkan profesionalisme seseorang dan prosedur penempatan hendaknya disesuaikan dengan kemampuan serta pertimbangan efisiensi; 4 perkembangan karier dan sistem promosi menjadi lebih penting apabila perhitungan angka kredit dilakukan secara objektif dan selalu berorientasi pada kemampuan profesional dan tidak hanya sekedar banyak kreditnya; 5 perlu diperhatikan sistem insentif atau reward bagi para pengajar. Apabila seorang guru atau dosen yang berprestasi perlu diberikan penghargaan yang memadai sehingga dapat mendorongnya untuk terus maju. Selain itu, personil lain yang ikut menentukan mutu pendidikan dan memiliki posisi sangat strategis dalam meningkatkan mutu pendidikan, seperti kepala sekolah, konselor sekolah, rektor, dekan, ketua jurusan, dan para pengelola administrasi pendidikan. 5 Mengakomodasi kemajemukan, perlu menyadari akan kondisi obyektif kemajemukan bangsa dan masyarakat Indonesia. Penegakan uniformitas perlu dihindari secara berangsur-angsur dan menuju kepada keperdulian secara sungguh-sungguh melalui upaya mengakomodasi kemajemukan kultural, etnis dan kebutuhan individu dan masyarakat. Maka perlu memberdayakan segala potensi daerah, meningkatkan otoritas dan kreativitas daerah, dan mengurangi kurikulum pendidikan Islam muatan nasional sampai batas toleransi tertentu. 6 Desentralisasi, sejalan dengan semangat reformasi, maka secara berangsur-angsur pergeseran peran dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah dan dari pemerintah ke non pemerintah dalam berbagai jenis persoalan pendidikan. Manajemen pendidikan Islam, mulai dari penentuan kebijaksanaan, pembinaan lembaga, pengambilan keputusan, koordinasi, pengendalian kualitas sampai kepada pengawasan yang selama ini sepenuhnya dikendalikan oleh pusat Departemen Agama RI pada akhirnya akan bergeser ke daerah dan lembaga-lembaga pendidikan. Selama ini daerah dan lembaga-lembaga pendidikan menjadi obyek penyelenggaraan sistem pendidikan, maka kini dan masa depan akan menjadi obyek yang sangat menentukan gerak dan langkah pendidikan di daerahnya dan dilembaganya masing-masing. Perlu dikembangkan dan dilaksanakan manajemen yang berbasis pada sekolah dan masyarakat Community Seholl Based Management, sehingga rasa memiliki dan bertanggung jawab sekolah dan masyarakat akan mulai terbangun. Pendidikan Islam perlu mengantisipasi penggeseran paradigma ini, karena selama ini masyarakat tidak merasa memiliki dan mempunyai keperdulian yang berarti terhadap pengelolaan pendidikan Islam. Pada era sekarang ini, masyarakat mulai diharapkan untuk meningkatkan partisipasinya, yang tidak hanya sebagai penyandang dana saja, tetapi juga terlibat dalam pengambilan keputusan dan inisiatif yang konstruktif bagi pengembangan dan kelangsungan proses pendidikan. Ketiga, strategi jangka pendek, perlu membangun perangkat infra struktur sistem pendidikan yang memihak kepada pemberdayaan masyarakat melalui kebijakan restrukturisasi dalam sistem pendidikan Islam. Setidaknya yang diperlukan pendidikan Islam adalah menyusun “strategi untuk meningkatkan relevansi pendidikan, meningkatkan akuntabilitas proses pendidikan, meningkatkan profesionalisme pendidikan, dan mengurangi uniformitas”. Maka untuk lebih jelanya, strategi tersebut setidaknya dapat 1 Meningkatkan relevansi pendidikan, artinya perlu diwujudkan kesesuaian antara pengetahuan dan keterampilan teknik di dunia kerja link and match. Relevansi pendidikan Islam, harus diwujudkan dalam bentuk kemampuan adaptasi secara cepat dalam menghadapi tuntutan perubahan. Maka strategi yang diperlukan adalah pengetahuan dan keterampilan teknis yang diberikan di dunia pendidikan, perlu dilengkapi dengan keterampilan pengelolaan diri, keterampilan komunikasi, keterampilan interaksi dengan orang lain dan kemampuan memobilisasi, inovasi dan perubahan. Keterampilan-keterampilan tersebut perlu dibina sejak dini sesuai tingkat kemampuan peserta didik. Dengan demikian perlu pengkajian kembali kurikulum pendidikan Islam dengan pendekatan komprehensif, yang dapat menampung pendidikan kemampuan keterampilan dan pendekatan integratif yang dapat mengintegrasikan kajian-kajian agama dengan kajian-kajian ilmu-ilmu lainnya. 2 Akuntabilitas proses pendidikan Islam, yaitu kualitas hasil pendidikan Islam harus dapat dipertanggungjawabkan kepada peserta didik, orang tua, masyarakat pemakai produk pendidikan dan pemerintah. Proses pendidikan Islam pada semua jalur, jenis dan jenjang harus dapat dipertanggungjawabkan untuk menjamin kualitas lulusan yang harapkan. Strategi untuk meningkatkan akuntabilitas proses pendidikan Islam, dengan meningkatkan pengembangan satuan acara pengajaran yang menterjemahkan kurikulum ke dalam rencana harian yang lebih operasional baik dalam konteks intra kurikulum, ekstra kurikulum, dan kurikulum tersembunyi hidden curriculum, peningkatan kualitas guru pendidikan agama Islam melalui inservis training atau pelatihan-pelatihan. Agar proses pendidikan Islam dapat memenuhi tuntutan semua pihak, maka pihak-pihak yang berkepentingan dapat bersama-sama ikut mengambil keputusan kebijakan operasional dengan tetap berpegang pada kemandirian, profesionalisme, dan berwawasan global. 3 Strategi meningkatkan profesionalisme pendidikan Islam, diwujudkan dengan menerapkan standar kualifikasi tenaga kependidikan yang diperlukan dalam setiap program rekruitmen tenaga kependidikan, mengembangkan re-training untuk memberikan kemampuan peningkatan keahlian dan penambahan keahlian baru yang sejenis, meningkatkan kemampuan profesional pengelolaan pendidikan baik pada tingkat satuan pendidikan maupun manajemen dan mengembangkan orientasi pengembangan profesi dengan misi utama untuk memberikan layanan kepada peserta didik secara optimal. 4 Strategi meningkatkan efisiensi, yaitu meningkatkan kemampuan para pengelola pendidikan untuk menerapkan prinsip-prinsip manajemen efisiensi manajerial pendidikan. Kata akhir Selain itu, dalam menyusun strategi pendidikan Islam perlu didasarkan pada beberapa prinsip, diantaranya, adalah 1 prinsip relevan dengan kebutuhan masyarakat madani yang bermutu tinggi, profesionalisme, efisienasi dan efeiktivitas, sehingga pendidikan Islam dapat dipertanggungjawabkan kepada peserta didik, orang tua, pemakai lulusan dan pemerintah; 2 proses pendidikan Islam harus berifat demokratis dan profesional untuk meningkatkan kemampuan masyarakat, mengurangi peran pemerintah dalam pengelolaan pendidikan serta bersifat fleksibel terhadap dinamika perkembangan masyarakat dalam lingkungan global; 3 strategi pendidikan Islam berupa langkah-langkah yang disusun secara terencana dan sistimatis, diharapkan dapat menyentuh semua aspek kehidupan, mengantisipasi perubahan, mampu merekayasa terbentuknya sumberdaya manusia cerdas serta dapat meningkatkan kualitas manusia dengan memiliki kemampuan inovasi serta responsif terhadap perubahan. Dari kerangka pemikiran tersebut, pendidikan Islam betul-betul diharapkan dapat berpengaruh terhadap perubahan kehidupan masyarakat serta dapat memberikan sumbangan optimal terhadap proses transformasi ilmu pengetahuan yang dapat diimplementasikan atau dioperasionalkan dalam kehidupan masyarakat dan mewujudkan visi pendidikan Islam yang telah ditetapkan. DAFTAR PUSTAKA Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan Nasional RI, From accessed, Senin, 7/9/2009, jam. Wib. Muhaimin,2006, Nuansa Baru Pendidikan Islam,Mengurai Benang Kusut Dunia Pendidikan, Jakarta RajaGrafindo. Visi, diartikan sebagai kemampuan untuk melihat pada inti persoalan; pandangan atau wawasan ke depan; kemampuan untuk merasakan sesuatu yang tidak tampak melalui kehalusan jiwa dan ketajaman penglihatan; apa yang tampak dalam khayalan; penglihatan; pengamatan. Misi, diatikan sebagai perutusan yang dikirimkan oleh suatu negara ke negara lain untuk melakukan tugas khusus dl bidang diplomatik, politik, perdagangan, kesenian; tugas yang dirasakan orang sebagi suatu kewajiban untuk melakukannya demi agama, ideologi, patriotisme, dsb. Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan Nasional RI, From accessed, Senin, 7/9/2009, jam. Wib. Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam, hlm. 73., dan juga periksa lebih lanjut Mastuhu, Menata Ulang Pemikiran Sistem Pendidikan Nasional dalam Abad 21 Yogyakarta Safiria Insania Press dan MSI, 2003, hlm. 80. Diagram tersebut merupakan modefikasi dari diagram yang dibuat Muhaimin dan Mastuhu, sehingga dapat dilihat gambaran langkah-langkah seterusnya dari konsep yang dikemukakan Muhaimin dalam buku ”Nuansa Baru Pendidikan Islam Mengurai Benang Kusut Dunia Pendidikan” dan Mastuhu dalam buku ”Menata Ulang Pemikiran Sistem Pendidikan Nasional dalam Abad 21”. Periksa lebih lanjut Muhaimin Nuansa Baru Pendidikan Islam, hlm. 74., dan juga periksa lebih lanjut Mastuhu, Menata Ulang Pemikiran Sistem Pendidikan Nasional dalam Abad 21, hlm. 80. Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam, hlm. 74., dan juga periksa lebih lanjut Mastuhu, Menata Ulang Pemikiran Sistem Pendidikan Nasional dalam Abad 21, hlm. 80. Page 2
Diantaramasalah yang ada adalah tingkat kepuasan dari kinerja pelayanan Rooster. ROOSTER (" Role Online System Ticketing Raharja") merupakan pelayanan informasi dengan menggunakan" ticket online" yang sistemnya disediakan sebagai wadah lanjutan untuk menampung pertanyaan yang didapat para operator iDuHelp!.
Beberapa hari yang lalu, saya dikejutkan oleh pertanyaan dari seseorang yang rupanya rajin membaca tulisan pendek dan sederhana yang sehari-hari saya tulis dan kemudian saya posting melalui website atau facebook. Pertanyaan itu sebenarnya sederhana saja, ialah apakah di madrasah, pondok pesantren, dan perguruan tinggi Islam tidak diajari tentang Islam. Pertanyaan tersebut memang bisa dimaknai dari berbagai sudut atau juga kepentingan. Misalnya,pertanyaan itu merupakan kritik tajam terhadap pelaksanaan pendidikan Islam selama ini, atau juga sebaliknya, memang yang bersangkutan benar-benar belum mengerti tentang pendidikan Islam itu sendiri. Selain itu masih ada makna lainnya, misalnya, penanya kecewa terhadap hasil pendidikan islam selama ini, belum sesuai dengan apa yang diinginkan. Dan tentu, masih banyak lagi interpretasi lainnya. Penanya mengaku bahwa dirinya bukan seorang muslim, tetapi rajin membaca tulisan saya melalui facebook pada setiap ada kesempatan. Melalui bacaan itu, ia mengaku bahwa prinsip-prinsip hidup yang dijalani sehari-hari terasa sama dengan nilai-nilai Islam yang saya jelaskan lewat tulisan-tulisan itu. Seharusnya dengan prinsip-prinsip hidup sebagaimana yang ditangkap dari ajaran Islam, orang akan mengalami kemajuan. Akan tetapi, ia merasa aneh tatkala melihat umat Islam tidak tampak maju, baik dari aspek pendidikannya, ekonominya, pengembangan ilmu pengetahuan, politik, dan apalagi teknologinya. Umat Islam menurut hasil pengamatannya di mana-mana, selalu tertinggal. Menurut penglihatannya belum ada karya umat Islam yang bisa dibanggakan, kecuali jumlah orang yang sudah menunaikan ibadah haji. Keadaan dinilai menjadi lebih parah lagi, tatkala ia melihat masyarakat arab pada umumnya. Sekalipun bangsa itu kaya minyak, tetapi tidak ada kemajuan yang bisa dibanggakan. Padahal, dengan ajaran Islam sebagaimana yang ia baca melalui tulisan-tulisan tersebut, seharusnya umat Islam sangat maju. Islam mengajarkan agar umatnya mencintai ilmu pengetahuan, selalu meningkatkan kualitas hidup, memegang prinsip kejujuran, keadilan, kebersamaan, tolong menolong, menjalankan kegiatan ritual, dan juga keharusan bekerja secara profesional atau dalam bahasa Islam disebut beramal saleh. Dengan ajaran seperti itu maka seharusnya umat Islam, tidak terkecuali bangsa-bangsa Arab menjadi pelopor kemajuan peradaban umat manusia. Di tengah suasana bingung tidak mendapatkan sendiri jawaban yang jelas itu, ia bertanya, lewat facebook, apakah di madrasah, pesantren, dan perguruan tinggi agama tidak diajarkan tentang Islam, yaitu sebagai ajaran yang seharusnya membawa kemajuan itu. Sudah barang tentu, saya menjawab secukupnya. Tetapi pertanyaan itu seolah-olah menghentak alam kesadaran saya, sehingga saya juga bertanya di dalam hati, jangan-jangan pendidikan Islam yang selama ini diberikan dari generasi ke generasi, sebenarnya memang belum mengenai sasaran yang sebenarnya, yaitu membentuk karakter, watak atau pribadi unggul sebagaimana yang diajarkan oleh Islam itu sendiri. Membaca pertanyaan lewat facebook tersebut, saya justru teringat pesan singkat saya, kepada semua warga kampus UIN Malang yang saya abadikan pada prasasti yang ada di depan samping kantor pusat. Tulisan itu, saya ambil dari al Qur'an yang berbunyi kunuu ulinnuha, kunnu ulil abshar, kunuu ulil albaab, wa jaahiduu fillah haqqa jihadihi. Umpama pendidikan Islam benar-benar mampu menjadikan generasi memiliki otak yang cerdas, pandangan mata dan telinga yang tajam, menjadikan hati lembut dan mau berjuang di jalan Allah dengan sebenar-benarnya perjuangan, maka umat Islam akan maju, mengungguli umat lainnya. Atas pertanyaan tersebut, sekalipun disampaikan oleh orang yang mengaku bukan sebagai penganut Islam, saya merenung dan berpikir, bahwa jangan-jangan pendidikan Islam yang dijalankan selama ini memang masih harus diformulasi kembali. Seharusnya, dengan al Qur'an dan hadits nabi, umat Islam menjadi cerdas, tajam penglihatan dan pendengarannya, halus budinya, dan selalu berbuat untuk kemaslahatan diri dan umatnya. Dan bukan seperti yang terjadi sekarang ini, yaitu masih tertinggal jauh di belakang komunitas lainnya. Wallahu a'lam
. 210 248 99 182 229 165 150 208
pertanyaan tentang tujuan pendidikan islam